Ini Plus Minus Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri

Jakarta -Pemerintah melalui Kementerian BUMN telah menyatakan bahwa PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan dijadikan anak perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Menurut Ahmad Erani Yustika, guru besar ekonomi Universitas Brawijaya, ada sisi positif dan negatif di balik langkah ini.

Menurut Erani, penyatuan BTN dan Bank Mandiri merupakan upaya efisiensi industri perbankan nasional. Saat ini ada 120 bank yang beroperasi di Indonesia.


"Ini memang kurang efisien. Ada baiknya dilakukan right sizing menjadi sekitar 80 bank. Di antara kelompok bank BUMN, BTN memang yang paling kecil," kata Erani ketika dihubungi detikFinance di Jakarta, Kamis (17/4/2014).


Selain efisiensi, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri juga memberikan dampak positif lainnya yaitu memperkuat industri perbankan domestik. Indonesia pun bisa memiliki bank yang dibanggakan di tingkat regional, dan ini tentu membanggakan.


Namun, tambah Erani, ada pula dampak negatif dari kebijakan ini. Dikhawatirkan BTN tidak lagi fokus dalam pembiayaan bidang perumahan, terutama kepada masyarakat menengah-bawah.


"Padahal kita punya masalah di bidang itu. Masih banyak orang yang kesulitan mengakses pembiayaan perumahan. Itu yang harus diperhatikan, apakah BTN tetap akan melayani pembiayaan rumah terutama untuk segmen menengah-bawah?" tanya Erani.


Meskipun nantinya ada komitmen bahwa BTN tetap 'bermain' di Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Erani menilai sedikit banyak BTN akan terbawa ke bisnis inti Bank Mandiri. "Core dari Bank Mandiri adalah kredit korporasi. Walau ada argumentasi bahwa BTN tetap mengurus KPR, sedikit banyak nantinya bisa terpengaruh juga," tuturnya.


Oleh karena itu, Erani berpendapat sebaiknya BTN tetap berdiri sendiri dan diperkuat agar mampu melayani segmen KPR dengan lebih maksimal. Penguatan modal BTN bisa dengan berbagai cara seperti penyertaan dari pemerintah, penerbitan obligasi, dan sebagainya. "Pembiayaan perumahan harus ditangani dengan fokus dan serius," ujarnya.


(hds/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!