Selain Impor BBM Tinggi, Ini Penyebab Defisit Transaksi Berjalan

Jakarta -Impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah menjadi pemicu utama terjadinya defisit neraca transaksi berjalan (current accounts) Indonesia. Namun selain impor BBM dan minyak, ada beberapa faktor lainnya.

"Neraca perdagangan itu tidak hanya barang saja tapi jasa juga, dengan selama ini biang keroknya justru dari sana, sektor jasa kita tidak pernah surplus," ujar Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro ditemui di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, Kuningan, Kamis (17/4/2014).


Bambang mengatakan, beberapa contoh sektor jasa Indonesia selalu defisit seperti dari jasa perkapalan, pelayaran, perbankan, asuransi ekspor, dan lainnya. "Banyak aktivitas kapal yang ada saat ini berbendera asing," ucapya.


Ia mencontohkan, di industri keuangan seperti sektor asuransi, banyak digunakan perusahaan re-asuransi asing yang dipakai oleh perusahaan dalam negeri.


"Perusahaan asuransi di Indonesia banyak, tapi banyak juga me-re-asuransikan asuransinya dengan menggunakan perusahaan asuransi asing, ya devisanya tetap keluar," katanya.


Sektor jasa lainnya, yakni dari tenaga kerja asing yang kerja di Indonesia jauh lebih banyak daripada remitensi TKI (Tenaga Kerja Indonesia).


"Gaji yang dibayarkan untuk pekerja asing yang kerja di Indonesia itu jumlahnya jauh lebih besar daripada remitensi seluruh TKI kita yang bekerja di luar negeri, makanya defisit," ungkapnya.


Bambang mengungkapkan, hanya 1 sektor jasa yang masih surplus saat ini, yakni dari sektor pariwisata. "Jumlah turis yang berbelanja di Indonesia lebih besar daripada orang Indonesia yang belanja di luar negeri, ini satu-satunya sektor jasa yang surplus," tutupnya.


(rrd/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!