Buntut Dahlan Gebrak Meja, ESDM Akan Panggil PLN dan Pertamina

Jakarta -Marahnya Menteri BUMN Dahlan Iskan kepada direksi PLN dan Pertamina, karena tak juga menyepakati harga pembelian listrik oleh PLN dari pembangkit panas bumi (geothermal) milik Pertamina, membuat Kementerian ESDM ikut bergerak.

Kementerian ESDM menyatakan bakal ikut turun tangan dan akan memanggil direksi 2 BUMN tersebut. Pada rapat kedua direksi 10 April 2014 lalu, Dahlan menyatakan marah karena tak ada kata sepakat. Bahkan Dahlan sampai menggebrak meja saat rapat.


"Kita akan panggil mereka, PLN dan Pertamina, karena inikan urusannya juga berkaitan dengan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Kita akan bantu menyelesaikan," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana kepada detiFinance, Jumat (17/4/2014).


Rida mengakui, memang inti masalah tersebut masalah harga, di mana merupakan isi dapur masing-masing BUMN tersebut.


"Sejak awal kan mereka menggunakan konsultan independen untuk mengkaji proyek tersebut, berapa IRR (intenal rate of return), dan sebagainya. Harusnya ada kesepakatan jika hasil konsultan tersebut dipakai sebagai acuan, ternyata masih harus negosiasi lagi, makanya seperti berlarut-larut," ujarnya.


Rida mengharapkan, kedua BUMN energi tersebut segera mencapai kata sepakat. Pasalnya, kebutuhan energi listrik apalagi yang baru terbarukan sangat penting bagi masyarakat banyak.


"Kebutuhan energi kita makin hari makin meningkat, sehingga masyarakat butuh banyak listrik, makin tertunda proyek pembangunan listrik apalagi energi energi baru terbarukan pastinya itu suatu kerugian kita bersama juga," tutupnya.


Dahlan mengaku heran atas sikap direksi PLN dan Pertamina. Karena Indonesia memiliki potensi besar di dalam energi panas bumi. Selain potensi, pasar listrik Indonesia juga sangat jelas.


"Negara ini memiliki potensi terbesar geothermal terbesar dunia. Geothermal di bawah Pertamina. Pertamina, nggak bisa jual selain ke PLN. Kalau nggak sepakat. Ini memalukan. Akal sehat nggak masuk akal karena kemampuan ada, barang ada, penjual ada, pembeli ada. Yang perlu itu orang se-Indonesia," papar Dahlan.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!