Jurang Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Makin Lama Makin Lebar

Jakarta -Dalam tiga tahun terakhir ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas 6%. Indonesia pun menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Tapi sayangnya pertumbuhan ekonomi ini malah membuat ketimpangan ekonomi (gini rasio) si kaya dan si miskin semakin lebar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ketimpangan ekonomi sejak tahun 2010-2013 adalah sebesar 0,41%. Ini adalah angka tertinggi dalam sejarah sejak Indonesia merdeka.


"Dalam 3 tahun terakhir stagnan pada angka 0,41%. Ini adalah ketimpangan yang paling tinggi dalam sejarah Indonesia," ujar Kepala BPS Suryamin dalam paparan indeks kebahagian dan ketimpangan bersama pemimpin redaksi media di Hotel Sultan, Jakarta, seperti dikutip, Kamis (17/4/2014)


Pada kesempatan yang sama, Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS Kecuk Suharyanto mengatakan ketimpangan memiliki standar ukuran dari 0-1%. Sebelum tahun 2010, ketimpangan ekonomi berada pada 0,33-0,38%.


"Jadi sebelum tahun 2010 itu memang lebih baik karena masih kisaran 0,33-0,38%," ungkapnya


Akan tetapi masuk ke tahun 2010, itu sudah naik menjadi 0,41%. Itu sudah dianggap sebagai zona kuning yang berarti adalah mengkhawatirkan. "Kalau sudah di atas 0,4% itu artinya zona kuning. Kita di zona itu yang disebut mengkhawatirkan," kata Kecuk.


Ketimpangan ekonomi ini akan menjadi berbahaya bila sudah mencapai angka 0,6%. Bukan menjadi tidak mungkin, ketimpangan di Indonesia bisa menjadi semakin berbahaya bila tak ada antisipasi.


"Kalau sudah sampai ke 0,6% itu bahaya," ujarnya.


Kecuk menilai salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas. Karena ekonomi orang miskin tidak bisa mengejar kecepatan tumbuhnya ekonomi dari orang kaya.


"Harusnya yang menjadi bahan evaluasi adalah pertumbuhan ekonomi agar lebih berkualitas," terangnya.


(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!