Jika Jokowi Tak Jadi Presiden, Apakah IHSG dan Rupiah Bakal Rontok?

Jakarta -Pasca Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) Rabu 9 April 2014, pasar saham dan nilai tukar rupiah terkena koreksi. Hasil Pileg kala itu tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.

Kendati demikian, investor tetap berharap banyak pada pemilihan presiden Juni mendatang. Ekspektasinya, salah satu antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto bisa menjadi presiden.


Bila ekspektasi tersebut tidak terwujud, apakah saham dan rupiah akan kembali melemah? Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan menilai itu tidak akan terjadi.


Meskipun selepas Pileg saham terkoreksi sampai dengan 3%. Ini dikarenakan utamanya pada bulan Juni 2014 (memasuki semester II) ekonomi membaik.


"Tidak (terkoreksi), karena beberapa hal. Dari sisi ekonomi, membaik, faktor-faktor itu membaik. Meskipun pertumbuhan ekonomi itu 5,8% dan kemungkinan bisa 5,5%. Namun current account deficit (CAD) itu mengecil. Dan itu baik, rupiah menguat, kalau dibanding dengan negara emerging market yang lain. Misalnya Rusia dan Turki, Indonesia jauh lebih baik," ujarnya di hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu (16/4/2014).


Kemudian dari sisi politik juga akan memberikan efek positif. Selama ini Indonesia selalu dibandingkan dengan India dalam penyelenggaran demokrasi. Melihat kondisi pada pileg, dimungkinkan tidak akan jauh berbeda dengan pilpres.


India memiliki 800 juta pemilih dan ada puluhan partai yang ikut serta pada pemilu. Berbeda dengan Indonesia yang jumlah pemilihnya lebih sedikit dan hanya 12 partai peserta pemilu.


"Sekarang kita bandingkan saja, Pileg 9 April lalu ada nggak yang meningggal, stres banyak tapi itu kan pasca. Di India sudah ada. Jadi proses demokrasi di Indonesia diangap sukses. Lepas dari segala kekurangannya. Jadi dari sisi politik, dari sisi ekonomi, faktornya membuat saham dan rupiah naik," jelasnya.


Ekspektasi lainnya dari investor adalah pilpres hanya berlangsung satu putaran. Dengan tetap pada dua calon presiden. Fauzi menilai bila terjadi dua putaran maka efek ke pasar juga tidak akan signifikan.


"Ada efeknya, tetapi tidak akan signifikan," sebut Fauzi.


(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!