Padahal kenyataannya tidak. Seperti Indonesia yang ekonominya selalu tumbuh cukup tinggi di kisaran 5-6% pada beberapa tahun terakhir, tapi indeks kebahagiannya hanya mencapai 65,11% atau hampir menjadi negara yang masyarakatnya tidak bahagia.
"Opini yang berkembang selama ini tidak betul. Selalu dianggap kalau ekonomi tumbuh tinggi, negara sudah maju dan warganya sudah bahagia. Padahal itu bukan jaminan mutlak. Sekarang saja survei kita tingkat kebahagian masyarakat hanya tipis di bawah. Hampir menjadi tidak bahagia," kata Deputi Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suharyanto dalam paparan indeks kebahagian dan ketimpangan bersama pemimpin redaksi media di Hotel Sultan, Jakarta, seperti dikutip, Kamis (17/4/2014)
Dalam pengukuran survei tersebut, dari 0-25% dikategorikan sebagai tidak bahagia, 25-50% kurang bahagia, 50-75% bahagia dan 75-100% sangat bahagia. Tingkat kebahagian orang Indonesia berada pada kategori 50-75%, yang artinya adalah bahagia. Meskipun mendekati kurang bahagia.
Ada tiga dimensi dalam mengukur kebahagiaan. Pertama, dimensi personal dengan komponen di dalamnya, yaitu pendapatan, tingkatan pekerjaan dan kondisi rumah dan aset yang dimiliki. Ketiga komponen ini memberikan andil cukup besar dalam kebahagiaan.
Kedua, dimensi sosial adalah kondisi individu dengan individu lainnya yang sangat dekat, Salah satunya adalah keluarga. Keharmonisan keluarga sangat berperan dalam menciptakan kebahagian.
Ketiga, dimensi lingkungan dikaitkan dengan kondisi individu dengan keamanan di sekitar aktivitasnya. Kemudian juga dengan keakraban dengan para tetangga atau pihak yang berada di luar keluarga.Next
(mkl/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
