"Kita tidak anti impor, per tahun kita impor teh US$ 30 juta yang digunakan untuk proses di dalam negeri juga," ungkap Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi saat mengunjungi Pabrik Teh Rakyat Iroet, di Kampung Cisaat, Desa Sukatani, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat, Kamis (17/04/2014).
Bayu menjelaskan produk teh yang banyak diimpor ke Indonesia mulai dari jenis teh berkualitas rendah hingga teh spesial. "Sekarang ini yang kita impor yang bagus dengan brand top dan justru yang kita impor juga dengan kualitasnya rendah untuk nambah konsumsi teh saja," imbuhnya.
Namun Bayu menegaskan nilai ekspor produk teh nasional jauh lebih tinggi daripada nilai impor. Jumlah itu ditambah lagi dengan nilai penjualan teh lokal yang cukup besar di dalam negeri.
"Ekspor teh kita mencapai US$ 140-150 juta/tahun sedangkan pasar teh di dalam negeri jauh lebih besar lagi bisa mencapai US$ 900 juta hingga US$ 1 miliar. Jadi kita jaga ekspor teh kita dan potensi penjualan di dalam negeri. Jangan sampai diisi produk lain," imbuhnya.
Ia mengimbau masyarakat Indonesia tidak ragu mengkonsumsi teh nasional. Kualitas produk teh nasional jauh lebih baik dibandingkan dengan teh jenis impor. Untuk meningkatkan konsumsi teh nasional, Bayu berencana menyelenggarakan kegiatan kampanye tidak minum teh impor.
"Kita akan kampanye tidak minum teh impor. Itu yang belum pernah kita lakukan," cetusnya.
Kunjungan Bayu Krisnamurthi didampingi oleh Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak, Bupati Garut Rudi Gunawan, PT Sariwangi AEA, Business Watch Indonesia dan ASPATARI (Asosiasi Produsen Agrokomoditi Lestari).
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
