Jadi Produsen Rumput Laut, RI Masih Impor Tepung Agar-agar

Jakarta -Selain rutin mengekspor produk rumput laut, Indonesia juga masih rutin mengimpor produk turunan rumput laut seperti tepung agar-agar.

Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut Parulian Hutagalung menjelaskan meskipun Indonesia menjadi eksportir rumput laut terbesar di dunia namun untuk urusan tepung agar-agar masih tetap mengimpor dari negara lain.


"Indonesia ekspor dan impor tepung keraginan dan tepung agar, dimana ekspor lebih besar dari impor," kata Saut kepada detikFinance, Kamis (5/06/2014).


Menurut data KKP, volume ekspor produk rumput laut pada 2013 mencapai 182.000 ton dengan nilai US$ 209,5 juta. Nilai ekspor tersebut meningkat 17,8% dibandingkan tahun 2012. Sementara impor produk rumput laut pada 2012 adalah US$ 5,78 juta dan pada tahun 2013 nilainya meningkat 34,6% menjadi US$ 7,78 juta.


Dari jumlah itu, khusus untuk ekspor tepung agar-agar di tahun 2013 sebanyak 1.055 ton lebih kecil daripada ekspor di tahun 2012 yang mencapai 1.291 ton.


"Arahnya positif sejalan dengan industrialisasi rumput laut," imbuhnya.


Salah satu alasan Indonesia masih impor tepung agar-agar adalah peningkatan permintaan tepung agar di dalam negeri yang tidak diimbangi dengan jumlah produksi domestik. Selain itu kualitas tepung agar yang diproduksi dari perusahaan pengolahan rumput laut di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan tepung agar impor.


"Memang belum bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan alasan kualitas semi-refined carrageean (SRC) dan refined carrageenan (RC) produksi dalam negeri masih perlu peningkatan. Jadi harus impor padahal produksi keraginan dalam negeri lebih dari kebutuhan," jelasnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!