Cerita Bea Cukai 'Kucing-kucingan' dengan Kapal Penyelundup Minyak Terbesar

Jakarta -Penangkapan kapal yang mengangkut minyak selundupan sebanyak 60.000 metrik ton oleh Bea Cukai Tanjung Balai Karimun, Riau beberapa hari lalu menyisakan cerita soal sulitnya menangkap penyelundup minyak. Dalam kasus ini, pihak Bea Cukai mengakui sudah melakukan pengintaian berminggu-minggu hingga akhirnya melakukan tangkap tangan.

"Kalau yang di Riau kita tak sehari dua hari, tapi berhari-hari bahkan berminggu-minggu, kita kucing-kucingan sama mereka, jadi kalau mereka tahu ada bea cukai mereka berbalik arah, akhirnya kita sampai di suatu titik, akhirnya kita memergoki meraka sedang membawa barang ke perbatasan. Jadi nggak gampang," kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono di kantor Kemenkeu, Jumat 6/6/2014)


Ketentuan yang ada, suatu kapal dinyatakan menyelundup jika sudah berada di wilayah perbatasan, sedangkan selagi masih di perairan Indonesia bisa dinyatakan sebagai upaya penyelundupan. Selain penyelundupan minyak mentah, penyelundupan juga terjadi pada komoditi Bahan Bakar Minyak (BBM).


"Untuk tanker secara umum, biasanya isinya crude oil Kalau yang berbentuk BBM penyelundupnya, banyak dilakukan oleh nelayan, jadi kapal nelayan bukan hanya cari ikan lagi, tapi juga menganggkut BBM, ada juga solar, tegantung stok. Nelayan satu kapal bisa bawa 1-3 drum, memang nggak banyak kalau satu kapal, tapi setiap hari yang lalu lalang bisa 500 kapal nelayan," katanya.


Selasa 3 Juni 2014 lalu, Bea Bea Cukai Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau menangkap usaha penyelundupan minyak terbesar dalam sejarah sebanyak 60.000 metrik ton di Riau yang melibatkan kapal MT Jelita Bangsa.


Kapal yang mengangkut minyak ilegal ini adalah kapal yang disewa PT Pertamina (Persero) antar minyak mentah ke Kilang Balongan, Jawa Barat.


(hen/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!