"Saya jelaskan bahwa Jasa Marga tidak pernah menolak keberadaan KA Bandara," kata Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga David Wijayatno kepada detikFinance, Rabu (4/6/2014)
Ia menegaskan, pihaknya justru mendukung adanya kereta ekspres bandara dengan membentuk konsorsium yaitu PT Railink, bersama PT KAI dan PT Angkasa Pura II yang akan melakukan investasi.
"Namun belakangan Jasa Marga keluar dari konsorsium karena tidak jelasnya jadwal tender investasi KA Bandara tersebut," katanya
Sebelumnya, Hanggoro mengatakan, Jasa Marga proyek tersebut karena ada kekhawatiran berdampak pada turunnya volume kendaraan yang melintasi tol bandara akibat ada layanan kereta ekspres.
"Jasa Marga menolak waktu itu, setelah kita jelaskan bahwa dia menambah fungsi. Kalau tol lancar kan lebih banyak volume yang bisa lewat. Ada sebagian berpindah ke kereta api, kalau macet kan nggak. Itu akan menguntungkan bagi Jasa Marga," kata Hanggoro.
Menurut Hanggoro, penolakan Jasa Marga pada waktu itu sangat logis karena mereka khawatir potensi pendapatan mereka berkurang. Namun pihaknya mencoba memberikan alasan yang kuat soal keberadaan jalur kereta ekspres yang bersanding dengan jalur tol bandara justru akan berdampak positif.
Hanggoro menuturkan, proses konstruksi kereta ekspres memerlukan waktu 3 tahun. Jalur akan dibangun melayang sepanjang 33 km dan menelan investasi hingga Rp 20 triliun. Jalur kereta ini dari Soekarno-Hatta sampai Halim melewati Pluit, kawasan Sudirman, Tanah Abang, Manggarai, terakhir Bandara Halim.
Untuk kereta bandara berbasis KRL, rutenya dari Bandara Soetta hingga Stasiun Manggarai dan berhenti di setiap stasiun. Sedangkan untuk kereta ekspres Bandara Soetta-Halim, tidak berhenti di semua stasiun.
(hen/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
