Limbah Kertas Uang Hingga Tembakau Bisa 'Disulap' Jadi Bahan Bakar

Yogyakarta -Pemanfaatan energi berbahan fosil ada batasnya, karena suatu saat energi fosil terutama bahan bakar minyak (BBM) akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Untuk itu, pengembangan energi baru terbarukan menjadi potensi energi masa depan.

PT Greeno Inovasi Energi (GIE) yang berada di Dusun Kalangan, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta mengembangkan bahan bakar alternatif biomass pelet.


Biomass pelet ini memanfaatkan berbagai macam limbah seperti serbuk kayu sisa penggergajian, limbah tebu, tembakau, tepung tapioka hingga uang kertas rusak yang telah dihancurkan dari Bank Indonesia.


"Semua limbah baik serbuk gergaji, kertas, tembakau, ampas tebu hingga uang kertas rusak, bisa kita manfaatkan menjadi energi alternatif pengganti BBM," ungkap Direktur Pemasaran PT Greeno Inovasi Energi, Ayus Dodi Kirana di pabrik Kusun Kalangan, Bangunjiwo, Bantul, Jumat (24/10/2014)


Semua bahan baku limbah itu dicampur kemudian diolah mengunakan mesin khusus. Biomass pelet yang sudah jadi bentuknya menyerupai memanjang seperti peluru berwarna hijau tua kehitaman. "Ukurannya sebesar dua ruas jari atau sekitar 4-5 sentimeter," ungkapnya.


Biomass pelet yang sudah jadi siap dibakar menggunakan kompor yang bentuknya dirancang khusus. Kompor khusus ini didesain ada sebuah tabung yang berfungsi sebagai tempat menampung biomass pelet untuk membakar.


Ayus membanding penggunaan biomass pelet dengan gas elpiji. Satu kilogram biomass pelet seharga Rp 2.500/kg bisa untuk menyala hingga 2 jam. Sedangkan gas elpiji, satu jam membutuhkan gas sekitar 0,5 kilogram atau seharga Rp 3.000.


"Jadi ini lebih irit. Nyala api yang dihasilkan juga lebih panas mencapai 450 derejat Celcius," katanya.


Menurut Ayus Dodi Kirana, biomass pelet ini bisa digunakan untuk industri kecil UMKM atau industri rumah tangga seperti peternakan ayam, penetasan telur, usaha katering, gerabah, kerajinan kayu/mebel. Sebab kalau menggunakan gas dan listrik biasa yang dikeluarkan akan lebih besar.


Saat ini biomass pelet yang telah diproduksi sejak Januari 2014 ini sekitar 75 persen diekspor ke Korea Selatan dan Jepang. Setiap bulan mampu memproduksi 150 ton. Kemasan yang dipasarkan ada kemasan isi 5 kg dan 10 kg.


(bgs/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!