"Harga minyak mentah turun terus berakibat biaya impor BBM atau minyak mentah jadi turun, yang biasanya selalu di atas US$ 100 per barel saat ini ada di level sekitar US$ 83 per barel. Akibatnya juga berdampak pada penghematan anggaran subsidi BBM," kata Wakil Ketua Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa kepada detikFinance, Sabtu (25/10/2014).
Fanshurullah mengungkapkan, dengan adanya penghematan pengeluaran anggaran BBM subsidi membuat rencana pemerintah Jokowi-JK menaikkan harga BBM subsidi sedikit terhambat.
"Pasalnya jika berkaca pada pengalaman pemerintahan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) saat itu ketika harga minyak turun drastis, pemerintah mengambil keputusan menurunkan harga BBM subsidi. Karena tiap satu barel harga minyak turun ada penghematan triliunan rupiah," katanya.
Akan tetapi jika cara yang sama yaitu menurunkan harga BBM subsidi tetap dilakukan, maka pemerintah dinilai tidak konsisten. Pasalnya alokasi BBM subsidi sampai sekarang masih banyak yang tidak tepat sasaran atau banyak dinikmati oleh orang kaya dan mampu.
"Tapi kalau turun (harga BBM subsidi) itu sulit terealisasi," tutupnya.
(rrd/wij)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
