Lahan dan Upah Buruh di DKI Makin Mahal, Investasi Apa yang Cocok?

Jakarta -DKI Jakarta sudah cukup padat dengan berbagai jenis investasi sehingga mencari lahan baru bukan hal yang mudah. Apalagi ditambah dengan upah buruh yang semakin tinggi.

Lalu, investasi seperti apa yang cocok di Jakarta?


Himawan Hariyoga, Deputi Bidang Perencanaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mengatakan ibu kota tidak cocok lagi menampung investasi jenis padat karya. Harusnya lebih kepada padat modal, jasa dan teknologi.


"Dengan lahan makin mahal dan upah meningkat, seharusnya cocok bidang usaha lebih ke padat modal dan teknologi," ungkap Himawan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (24/10/2014).


Ini juga seiring dengan peningkatan kelas menengah dalam beberapa waktu terakhir. Sehingga dibutuhkan industri bidang jasa seperti keuangan, hiburan, kesehatan, dan pendidikan.


"Untuk Jakarta yang masyarakat kelas menengahnya lebih banyak itu akan menjadi daya tarik investor. Terutama untuk jasa," tuturnya.


Industri jenis ini tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, tetapi lebih kepada pemanfaatan teknologi. Tenaga kerja yang ditarik juga harus memiliki kualitas yang berbeda dengan industri padat karya.


"Industrinya juga pasti akan lebih gunakan teknologi lebih banyak," kata Himawan.


Sementara untuk industri padat karya, sudah seharusnya berpindah dari luar Jakarta. Karena untuk kompetitif, harus didukung oleh lahan dan upah buruh murah.


"Itu natural. Industri padat karya harus mencari lokasi yang murah dan upah murah," sebut Himawan.


(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!