Beri Kuliah Umum di Unair, Chairul Tanjung Bahas Orang Kaya dan Miskin

Surabaya - Jumlah kelas menengah atas di Indonesia mencapai 50 juta orang dari total penduduk Indonesia yang kurang lebih mencapai 250 juta jiwa. Keberadaan orang-orang kaya ini bisa menjadi potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Demikian disampaikan oleh Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung saat mengisi kuliah umum 'Ekonomi Kesejahteraan Sebagai Penggerak Ekonomi Indonesia Menuju Pentas Dunia' di Ruang Garuda Mukti lantai 5 Gedung Rektorat Kampus C, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/6/2013).


Menurut Chairul, orang-orang kaya dan pengusaha cukup diberi atmosfir kerja yang baik.


"Jadikan orang-orang kaya agents economic growth, beri mereka atmosfir kerja yang baik. Upaya ini berguna untuk membuat mereka makin kaya, buat jumlah mereka bertambah dari 50 juta menjadi 60 juta atau bahkan lebih dari 70 juta," kata Chairul Tanjung di hadapan 800-an peserta kuliah umum yang terdiri dari mahasiswa S1, S2, dan S3 serta umum.


"Kalau sudah kaya, mereka harus bayar pajak yang benar juga," seru pria pemilik CT Corp ini.


Ia menjelaskan dari pajak orang-orang kaya inilah negara mendapat cukup uang. Selain itu, anggaran negara jangan sampai jatuh ke tangan orang-orang kaya.


"Negara harus bangun infrastruktur? Infrastruktur seperti apa? Jalan tol, airport, pelabuhan? Biar orang kaya yang membangun sendiri. Jangan pernah uang negara masuk di dalamnya," tutur pria yang akrab disapa CT ini.


Chairul juga menjelaskan, anggaran negara harus diprioritaskan untuk kepentingan orang-orang miskin. Saat ini ada 29 juta penduduk miskin, dan penduduk hampir rentan miskin yang total jumlahnya mencapai 70 juta orang. Mereka umumnya pengeluaran keuangannya di bawah Rp 250 ribu per bulan.


"Orang kaya biar bangun fasilitasnya sendiri. Karena yang miskin tidak mungkin bisa bersaing dengan yang kaya, yang punya modal," katanya.


Ia juga menekankan bahwa negara harus memberikan keberpihakan kepada orang-orang miskin.


"Harus ada keberpihakan. Yang utama yakni pendidikan, orang miskin harus dibuat pintar. Setidaknya mereka punya akses. Beri mereka makanan yang cukup, jaminan kesehatan supaya bisa menjadi modal pembangunan nantinya," jelasnya.


(nrm/hen)