Brankas Beijing, Di Bawah Tudingan Pencucian Uang Bandit China

Jakarta -Freeport di China berdiri sejak akhir 2013 lalu. Lokasi bangunan seluas 83 ribu meter persegi itu tak jauh dari bandar udara internasional Beijing.

Freeport Beijing didirikan dengan bantuan dari Euroasia, perusahaan induk di belakang freeport Singapura yang berdiri pada 2010. Euroasia bekerjasama dengan organisasi bisnis milik pemerintah China, Beijing Gehua Cultural Development Group.


Gehua kabarnya mengucurkan US$ 802 juta untuk proyek itu. Gehua memperhitungkan, pendapatannya pada 2016 akan mencapai US$ 8 miliar. Gehua sendiri telah menggandeng Sotheby, perusahaan lelang asal Inggris untuk menjalankan lelang karya seni di luar freeport itu.


Seorang kolektor seni di China yang tak mau disebut namanya mengatakan, freeport di Beijing akan mengubah dunia seni China. Supremasi Hong Kong sebagai pusat seni China, kata dia, akan goncang.


Sedang Tony Reynard dari Singapore Freeport mengatakan pasar seni domestik di China sangat besar. Tapi freeport di Beijing juga penting bagi pasar seni internasional sebab fasilitas itu bebas pajak, atau minimal pajaknya kecil.


Orang tajir di China sedang keranjingan belanja karya-karya seni mahal, meski tren ini juga dibayang-bayangi aksi cuci uang hasil kejahatan. Industri seni di China saat ini telah mencapai US$ 16 miliar.


Upaya untuk menggairahkan pasar seni di China sebetulnya sudah dimulai sejak awal 2013, ketika pemerintah China mengurangi bea masuk untuk barang-barang seni impor. Nilainya yang semula 12 persen menjadi hanya 6 persen. Tapi itu hanya berlaku setahun. Next


(DES/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!