Perbukitan Kapur 'Perawan' Ini Jadi Incaran Investor

Jakarta -Membentang di pesisir timur Pulau Kalimantan, kawasan karst atau perbukitan kapur Sangkulirang-Mangkalihat tengah menjadi incaran para investor semen, kehutanan, sawit dan lainnya. Perbukitan cadas yang masih perawan ini punya hampir segala-galanya jika dieksploitasi oleh manusia.

Untuk bahan baku semen misalnya, kawasan karst yang berada di wilayah Kabupaten Berau dan Kutai Timur ini memiliki komposisi gamping yang sangat ideal. Laporan inventarisasi batu gamping dan karst Kalimantan menyebut rata-rata kadar CaO sekitar 52% dan MgO sekitar 1,15%.


Bentuk bebatuan yang tinggi menjulang seperti mata gergaji menunjukkan proses pelarutan kapur yang sempurna. Bukit-bukit karst berukuran besar yang ada di kawasan ini memiliki ketinggian antara 400-1.010 mdpl, sedangkan dasarnya sendiri berada di ketinggian sekitar 90 mdpl.


Letak geografis yang bebas dari patahan-patahan gempa juga memungkinkan proses pembentukannya terlindungi selama jutaan tahun. "Tipenya menara (tower), yang artinya terbentuk dengan sangat sempurna," kata Pindi Setiawan, peneliti karst dari Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada detikFinance di Kampus ITB, Bandung, pekan lalu.


Sayangnya, potensi tambang gamping ini sekaligus menjadi ancaman terhadap fungsi lain dari kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat yakni sebagai pelindung sistem tata air. Karst ibarat spons yang menampung air hujan, lalu melepaskannya sedikit demi sedikit dalam bentuk mata air.


Pembentukan karst yang sempurna telah menjadikan kawasan ini sebagai tampungan air raksasa. Sedikitnya 5 sungai utama di Kalimantan Timur berhulu di kawasan ini. Pesisir timur Kalimantan yang memiliki curah hujan di bawah 2.000 mm/tahun sangat tergantung pada sistem tata air karst.


Karst juga berfungsi sebagai penangkap emisi karbon, sehingga rusaknya karst bisa berkontribusi terhadap pemanasan global. Untuk bisa melarutkan kapur dan membentuk karst, air yang tertampung di celah bebatuan harus bersifat asam dan untuk itu harus menangkap emisi CO2 dari lingkungan.


Keragaman hayati juga terancam oleh kerusakan karst. Hutan alam yang masih rapat di sekitar Karst Sangkulirang-Mangkalihat merupakan habitat bagi 120 jenis burung, termasuk walet sarang hitam (Collocalia maxima) dan walet sarang putih (Collocalia fuciphaga). Ditunjang ekosistem yang masih sangat perawan, kedua spesies burung ini mampu menghasilkan sarang dengan nilai ekonomi yang sangat tinggi.


Tak ingin kecolongan, Pemerintah Kalimantan Timur menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 67/2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Zona-zona yang boleh dimanfaatkan dan yang harus dilindungi telah dipetakan dalam peraturan tersebut.


"Dibanding karst lain di Kalimantan Timur, kondisi karst Sangkulirang-Mangkalihat bisa dibilang masih perawan. Belum banyak dieksploitasi karena lokasinya memang jauh dari akses jalan," kata Ir Syahrir, Kasubdit Pengendalian Kerusakan Lingkungan BLH Kaltim.


(up/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!