"Tantangan utama Pak Rachmat menjadi Mendag adalah menekan defisit neraca perdagangan. Caranya menggenjot ekspor dan tekan impor," ungkap Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto atau SBS kepada detikFinance, Senin (27/10/2014).
SBS menjelaskan ada beberapa cara yang bisa dilakukan Gobel untuk menggenjot nilai dan volume ekspor Indonesia. Pertama, adalah meningkatkan ekspor berbasis komoditas bernilai tambah dan yang kedua melakukan penetrasi pasar baru di luar negeri.
"Saya kira kita bisa memikirkan kebijakan sektor tertentu agar terjadi peningkatan nilai tambah agar merangsang nilai ekspor bisa meningkat tajam seperti ekspor suku cadang otomotif. Beberapa negara tujuan ekspor yang kurang perhatian seperti Amerika Selatan, Amerika Tengah dan negara-negara emerging market baru seperti Turki, Afrika Selatan, dan Rusia itu perlu menjadi prioritas," paparnya.
Untuk menekan nilai impor, Gobel perlu bekerjasama dengan kementerian perindustrian (Kemenperin) terutama untuk menciptakan subtitusi barang impor. Seperti untuk menekan impor gula, bisa dikembangkan industri gula sintesis berbasis jagung dan singkong. Kebijakan lain seperti stabilisasi harga kebutuhan pokok dan regulasi hubungan perdagangan internasional juga wajib direspons oleh Gobel.
"Saya kira beliau bisa menangani itu sema. Kami dari Kadin siap membantu," katanya.
Memasuki akhir tahun 2014, ekspor mengalami peningkatan namun impor naik lebih tinggi sehingga neraca perdagangan pada bulan Agustus 2014 mengalami defisit sebesar US$ 318,1 juta.
Impor migas masih mendominasi, namun pada Agustus memang mengalami penurunan signifikan sebesar 18,5%. Kondisi tersebut menyebabkan defisit perdagangan selama Januari-Agustus semakin menipis menjadi US$ 1,4 miliar yaitu terdiri dari defisit migas US$ 8,6 miliar dan surplus nonmigas US$ 7,2 miliar.
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!