Orang RI Kurang Makan Ikan, Bayi Lahir Jadi Makin Pendek

Jakarta -Tidak banyak yang tahu bahwa 21 November diperingati sebagai Hari Ikan Dunia (World Fisheries Day). Di Indonesia pun sudah ada aturan yang mengadopsinya.

Dalam Keputusan Presiden (Keppres) No 3/2014, pemerintah menetapkan 21 November sebagai Hari Ikan Nasional. Aturan ini berlaku sejak 24 Januari 2014.


Kepala Sub Direktorat Jaringan Distribusi dan Kemitraan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Harlin mengatakan, pencanangan Hari Ikan Nasional bukan tanpa alasan.


"Ini untuk melawan penjajahan," tegas Harlin saat media gathering di gerai Carrefour Lebak Bulus, Jakarta, Jumat (21/11/2014).


Maksud dari melawan penjajahan, lanjut Harlin, adalah mengubah pandangan miring yang berkembang di masyarakat yang membuat konsumsi ikan minim.


"Ada anggapan kalau makan ikan air susu jadi asin, kulit jadi gatal-gatal. Jadinya orang kita nggak makan ikan. Itu strategi zaman penjajahan agar kita tetap tidak pintar. Tetap bodoh," jelasnya.


Akibatnya, tambah Harlin, kesehatan orang Indonesia kebanyakan kurang prima. Konsumsi protein kurang, sementara konsumsi karbohidrat agak berlebihan.


"Bayi lahir di Indonesia makin lama makin pendek. Karena konsumsi karbohidratnya lebih banyak ketimbang protein. Makanya anak-anak kita kebanyakan tumbuhnya ke samping, bukan ke atas," ungkapnya.


Padahal, sambung dia, Indonesia punya peluang besar untuk menjadi negara maju dengan tumpuan utama generasi yang cerdas. Sayangnya, potensi tersebut tak maksimal lantaran tak banyak orang Indonesia yang mengkonsumsi ikan.


"Kita selalu dininabobokan dengan pameo 'bumi yang subur' yang membuat stigma bahwa basis kehidupan kita hanya di darat. Padahal 2/3 wilayah kita adalah laut, dan itu harusnya kita bisa lebih banyak makan ikan," jelas dia.


(dna/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!