Bicara Penguatan Dolar, Menkeu Bambang: Nggak Kira-kira, Luar Biasa

Jakarta -Dalam 2 hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak cenderung menguat. Namun beberapa waktu sebelumnya, dolar AS sempat 'menggila' dan bahkan mencapai level Rp 13.200, terkuat sejak 1998.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, mengatakan penguatan dolar AS terjadi terhadap hampir seluruh mata uang dunia, bukan hanya rupiah. Penyebabnya, perekonomian Negeri Paman Sam terus membaik sementara negara-negara lain masih lesu.


"Penguatan (dolar AS) nggak kira-kira, luar biasa," ujar Bambang di ruang rapat Komisi XI DPR, Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Rabu (25/3/2015).


Namun selain faktor eksternal, lanjut Bambang, ada pula masalah di dalam negeri yang ikut membuat rupiah melemah cukup dalam yaitu transaksi berjalan (current account) Indonesia yang masih defisit. Per 2014, defisit transaksi berjalan Indonesia adalah 2,95% dari Produk Domestik Bruto (PDB).


"Kami penasaran kenapa Filipina, Thailand, dan India masih bisa menguat (terhadap dolar AS). Ternyata Filipina dan Thailand current account-nya surplus. India memang masih defisit, tapi berhasil menurunkan dari di atas 3% menjadi 2%. Jadi kesimpulannya, kalau rupiah mau kuat harus perbaiki current account deficit," jelas dia.


Oleh karena itu, lanjut Bambang, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki paket kebijakan untuk menekan defisit transaksi berjalan. Mulai dari subsidi pajak, insentif ekspor, sampai bebas visa bagi turis asing.


"Komitmen kami ingin memperkuat rupiah dengan cara struktural, yaitu menekan current account deficit. Kita harus upayakan saat ini sekitar 3% didorong paling tidak 2,5%. Sehingga investor bisa membaca kalau pemerintah serius menangani ini," jelasnya.


Meski begitu, Bambang menyebutkan sepanjang 2014 nilai tukar rupiah masih mengalami apresiasi terhadap beberapa mata uang negara lain, Misalnya yen (Jepang), euro, real (Brasil), peso (Meksiko), rand (Afrika Selatan), ringgit (Malaysia), rubel (Rusia), dan lainnya.


(drk/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com