Ini Saran Dubes Australia Agar Harga Daging Sapi di RI Bisa Murah

Tangerang -Australia menjadi pemasok daging dan sapi hidup terbesar ke Indonesia. Kegiatan penggemukan sapi di Australia lebih murah dengan sistem peternakan 'raksasa' dengan lahan rumput luas.

Dalam setahun, Negeri Kangguru tersebut mampu menghasilkan atau memotong sapi sekitar 8 juta ekor. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson memberikan beberapa saran agar peternakan sapi Indonesia berkembang dan harga daging bisa murah.


"Sapi itu harus ada akses ke rumput, itu yang penting," kata Grigson di sela-sela acara pameran peternakan di Novotel Hotel di Tangcity Superblock, Tangerang, Banten, Kamis (9/4/2015).


‎Grigson mengatakan, Indonesia dan Australia telah lama bekerjasama dalam peternakan sapi, khususnya soal perdagangan. Kedua negara punya program pelatihan untuk pekerja-pekerja di Indonesia agar belajar berternak sapi di Australia.


"Kita bekerja keras untuk membantu industri peternakan dalam negeri termasuk dengan cara pertukaran pekerja di Indonesia dengan Australia. Jadi salah satu program yang baik adalah kita mengirimkan pekerja industri daging di Indonesia ke Australia di wilayah Utara. Mereka diajari mastering, mengumpulkan sapi-sapi (gembala), fence dan banyak hal soal peternakan. Mereka menyukai itu. Ada 20 orang diajari selama 2 bulan‎," papar Grigson.


Ia juga membeberkan soal harga daging sapi di Indonesia lebih mahal daripada di Australia. Menurutnya, yang penting adalah pasokan, bila pasokan daging di Indonesia tetap terjaga, maka tak akan ada guncangan pasokan dan harga. Lonjakan harga daging sapi tak terjadi di Australia karena stoknya melimpah.


"Di Australia prioritas pemerintah adalah untuk pasokan yang menjanjikan," katanya.


Selain itu, Grigson menilai izin impor yang diberikan pemerintah seharusnya sekaligus setahun, tidak dibagi per kuartal seperti saat ini. Tujuannya agar memberikan kepastikan pasokan daging di Indonesia.


"Jika industri punya izin untuk mengekspor per tahun, itu akan lebih mudah menentukan harganya, karena ada kepastian. Dan permintaan harga di Australia tidak naik turun. Dan izin untuk 1 tahun juga membuat pemerintah masih bisa mengembangkan industri di dalam negeri," paparnya.


(zul/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com