Bos PLN: Bangun Pembangkit Panas Bumi Butuh Minimal Rp 199 Miliar

Jakarta - Membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) atau PLTP tidak mudah, selain masalah perizinan hutan, investasi yang diibutuhkan besar, satu PLTP minimal memakan biaya US$ 21 juta atau Rp 199 miliar.

"Bangun PLTP itu tidak mudah, butuh waktu lama khususnya perizinan dan pendanaan besar. Makanya hanya untuk financial closing saja butuh waktu 4 tahun, bangun konstruksi 3 tahun sehingga total 7 tahun untuk bangun satu PLTP saja," kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Rabu (27/2/2013).


Bahkan, kata Nur, untuk mengebor satu sumur saja dibutuhkan dana mencapai US$ 7 juta untuk kedalaman 700 meter-1.000 meter.


"Dan untuk mencapai panas yang diinginkan minimal dibutuhkan 3 sumur sehingga satu PLTP membutuhkan dana US$ 21 juta. Itu baru bisa melangkah ke tahap financial closing dari bank," kata Nur.


Ditambahkan Nur, dana sebesar itu belum termasuk membangun akses jalan, membangun konstruksi PLTP, dan lainnya.


"PLTP kan lokasinya di atas gunung di dalam hutan, untuk bangun itu harus bangun akses jalannya, itu untuk membawa rig (alat ngebor) ke atas gunung, itu saja butuh dana puluhan miliar rupiah, belum lagi bangun konstruksinya. Itulah sebabnya, masalah pembangunan PLTP ini paling utama adalah pendanaan, besar sekali, makanya butuh perusahaan yang kredibel untuk bangun PLTP," tandas Nur.


Pada kesempatan yang sama, PLN juga menandatangani kerja sama penyediaan listrik dari pembangkit energi baru dan terbarukan yakni PLTP Ijen berkapasitas 2 x 55 megawatt (MW) yang berlokasi di wilayah kerja pertambangan panas bumi Gunung Ijen, Jawa Timur.


"PLTP Ijen ini dikembangkan oleh PT Medco Cahaya Geothermal dengan sponsor PT Medco Power. PLN akan membeli listrik dari PLTP ini dengan harga US$ 8,58 sen per kWh. Harapan kami setelah power purchase agreement ditandatangani, proses pembangunan PLTP bisa segera dilakukan," tandas Nur.


(rrd/dnl)