Meraup Untung dari Gelembung Harga Saham

Jakarta - Pernah dengar istilah 'Bubble'? Apa yang dimaksud dengan bubble atau gelembung perekonomian? Seperti yang pernah saya bahas sekilas di twitter @pakarsaham, bubble atau gelembung ekonomi adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan ekspansi yang cepat diikuti oleh kontraksi.

Apa artinya? Bubble atau gelembung ekonomi seringkali ditandai dengan naiknya harga property, harga saham, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat.


Bubble alias gelembung perekonomian nampak ketika terjadi lonjakan harga saham bahkan melebihi kondisi fundamental perusahaan. Gelembung perekonomian ini akan terus berlangsung, harga saham terus naik, hingga pada suatu saat diakhiri dengan 'meletusnya' gelembung itu.


Meletusnya gelembung perekonomian atau bubble ditunjukkan dengan turunnya harga saham secara tiba-tiba, seperti tahun 2008. Bubbles. They expand. They pop!


Gelembung ini tidak hanya terjadi pada harga saham, namun juga harga properti seperti kasus subprime mortgage 2008. Bubble juga terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Apa sebenarnya yang mendorong harga saham terus naik?


Indonesia sebagai negara berkembang yang semakin kaya, pendapatan per kapita meningkat, maka golongan menengah pun semakin kuat sehingga daya beli meningkat. Golongan menengah ini adalah mereka yang mampu memenuhi kebutuhan pokok, sekunder, mampu berlibur tiap tahun, mulai membeli mobil, membeli rumah dengan KPR, sehingga mendorong pertumbuhan sektor properti, sektor barang konsumsi dan sektor infrastruktur.


Selain itu, pembangunan juga semakin pesat di negara berkembang, baik pembangunan jalan atau infrastruktur dan juga gedung atau jembatan. Pembangunan infrastruktur mendorong sektor infrastruktur, konstruksi, dan properti juga terus melaju.


Bank-bank meminjamkan uang kepada mereka,dan aset-aset mereka digunakan sebagai agunan. Ekuitas dalam properti dan lain sebagainya digunakan sebagai jaminan atau leverage untuk mendapatkan modal lebih. Money makes money.


Bubble juga terdorong oleh capital yang masuk ke dalam pasar modal dan aset fund manager reksa dana yang semakin meningkat, dan juga dari dana investor asing. Sebagai seorang pelaku pasar, apa yang harus kita lakukan dalam menyikapi bubble atau gelembung yang sedang terjadi?


Sebagian orang euforia terhadap harga saham yang terus naik. Sebagian lagi takut berpartisipasi. Sebaiknya bagaimana? Membeli saham saat bubble dimulai akan sangat menguntungkan untuk trader karena harganya terus naik. Namun, risiko berinvestasi selalu berbanding lurus dengan potensi keuntungan yang akan diraih. Maksudnya?


Potensi imbal hasil dari berinvestasi saham pada masa bubble memang besar, namun risiko juga besar jika tidak hati-hati. Cara terbaik untuk dapat memetik untung dari pasar saham dan terhindar dari resiko adalah dengan mengikuti tren.


Tentukan tren harga saham dengan menggunakan analisis teknikal, tahan hingga tren berakhir dan jual. Dengan menggunakan analisis teknikal, Anda dapat mengetahui apakah sebuah tren naik masih berpotensi untuk naik ataukah sudah jenuh.


Dengan demikian, Anda akan mudah mengenali tanda-tanda terjadinya pembalikan arah, dan terhindar dari crash. Tidak perlu takut akan crash di pasar saham. Cukup baca sinyal-sinyal pembalikan arah, dan kurangi posisi jika sinyal tersebut muncul.


Dengan menggunakan analisis teknikal, Anda dapat melakukan antisipasi sedini mungkin. Analisis teknikal tidak menjamin Anda untuk selalu untung, namun dapat membantu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan profit.


Mengutip ucapan Ed Seykota, "Follow the trend until its end when it bend." Waktu, kesabaran, dan kedisiplinan adalah teman terbaik bagi trader dan investor saham.


Salam profit, Ellen May


*) Ellen May. Trader, investor saham, pendiri Ellen May Institute, penulis Smart Traders Not Gamblers, @pakarsaham.


(ang/ang)