RI Minta China Ramaikan Industri di Jembatan Selat Sunda

Jakarta - Meski belum jelas, tapi pemerintah terus berencana untuk membangun Jembatan Selat Sunda bernilai ratusan triliun rupiah, dan juga kawasan industri di sekitarnya. Pengusaha China diundang untuk berinvestasi meramaikan kawasan industri di sekitar jembatan tersebut.

Duta Besar RI Untuk Indonesia Imron Cotan mengatakan, dirinya telah mengajak pengusaha negeri tirai bambu berpartisipasi dalam rencana pembangunan mega industrial di sekitar jembatan itu.


"Kawasan industri ini dapat pula dikembangkan sebagai kawasan industri kembar antara RI-RRT yang ke depan akan memungkinkan terjadinya arus lalu lintas orang, barang, dan jasa yang lancar serta 'cost effective' tersebut. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan masing-masing, Indonesia dan Tiongkok menawarkan potensi pasar yang sangat besar," tutur Imron dalam siaran pers Kedubes RI untuk China yang dikutip, Senin (20/5/2013).


Ajakan ke pengusaha China ini disampaikan Imron saat mengunjungi Fangchenggang, kota di bagian selatan Guangxi. Dalam kunjungan itu, Imron bertemu dengan Sekretaris Partai Komunis China di Fangchenggang Municial Committee yaitu Liu Zhengdong.


Fangchenggang merupakan kota yang memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kota lain di RRT, yaitu di antaranya adalah lokasinya yang sangat berdekatan dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia.

Meskipun kota ini relatif kecil, namun bisa dikatakan mempunyai hubungan dagang yang sangat erat dengan Indonesia, pada tahun lalu, 90% impor mereka dari ASEAN berasal dari Indonesia. Di samping itu, 90% batubara yang digunakan pada power plant di kota ini juga didatangkan dari Indonesia.


Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh sekitar 40 kalangan pengusaha nasional dan daerah China, Sekretaris CPC juga menyatakan bahwa sebagai kota pelabuhan, Fangchenggang saat ini mengembangkan diri untuk menjadi daerah transit internasional dan basis industri pelabuhan. Diharapkan kawasan industri yang ada dapat juga menjadi tempat pemrosesan produk mineral dan sebagai basis logistik.


Dalam tanggapannya, Imron menggarisbawahi mengenai arti strategis program pembangunan Fangchenggang sebagai kawasan industri dan pelabuhan internasional untuk meningkatkan hubungan RI-RRT.

Dengan pembangunan pelabuhan yang bertaraf internasional, Fangchenggang dapat meningkatkan konektivitas antara kedua negara. Dubes RI lebih lanjut menekankan bahwa hanya dengan menciptakan transportasi laut yang masif, maka pergerakan orang, barang, dan jasa antara kedua negara dapat berjalan secara cepat, efisien dan 'cost effective'.


Dalam kaitan ini, Imron menyatakan, kiranya perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendorong pengusaha kedua negara mempertimbangkan pembangunan kawasan ini agar dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Disarankan pula untuk membentuk semacam ‘sister port city’ untuk menghubungkan Indonesia-Tiongkok, dan serta untuk link up dengan proyek serupa di Indonesia.


Kemudian dalam pertemuan itu, Imron juga menyinggung soal diberlakukannya aturan pelarangan ekspor bahan mentah mulai 2014 di Indonesia. Imron meminta pengusaha China dapat membangun kawasan pengolahan bahan baku mentah menjadi setengah jadi di Indonesia, dan pemrosesan lebih lanjutnya dapat dilakukan di kawasan industri Fangchenggang untuk diekspor ke negara ASEAN atau memenuhi permintaan pasar Tiongkok, bahkan pasar dunia.


(dnl/ang)