Djokir Sebut Jepang Juga Butuh Waktu Lama Bangun Jembatan Sekelas JSS

Jakarta - Pemerintah beralasan setiap persiapan pembangunan infrastruktur skala besar seperti Jembatan Selan Sunda (JSS) membutuhkan waktu yang lama. Hal ini juga dialami oleh negara-negara maju.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto (Djokir) mengatakan groundbreaking proyek JSS memang tidak bisa langsung dikerjakan. Perlu banyak pengkajian dan studi yang dilakukan. Bahkan menurutnya, negara Jepang pun mengerjakan jembatan yang serupa dalam waktu yang lama.


"Di manapun untuk membangun infrastruktur sebesar itu, waktunya lama. Di Jepang itu prosesnya bertahun-tahun. Mereka juga lama seperti kita juga," kata Djokir saat menemui wartawan di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2013).


Ia belum dapat memastikan kapan proyek JSS akan dimulai. Saat ini, pembahasan oleh Tim 7 masih terus dilakukan, termasuk usulan Djokir untuk melibatkan BUMN masuk sebagai investor dalam proyek ratusan triliun rupiah tersebut.


"Pemerintah akan menawarkan siapa yang mau. Itu tidak dibatasi, semua BUMN yang mau, Angkasa Pura, Pertamina, sebagai investor," kata Djokir.


Menurut Djokir, terkait perubahan posisi Agus Martowardojo dari menteri keuangan (menkeu) menjadi Gubernur Bank Indonesia belum merubah pembahasan dari proyek ini. Hingga kini ia belum mendapat kesempatan bertemu Menkeu Chatib Basri sebagai Menkeu baru.


"Belum ketemu saya dengan beliau. Karena waktu beliau dilantik, saya ada tugas di Solo, tadi pagi waktu Pak Agus dilantik saya ada rapat di Setkab," katanya.


Sebelumnya ketika Menteri Keuangan dijabat Agus Martowardojo sempat mengusulkan revisi Perpres No 86 Tahun 2011 tentang KSISS. Agus satu-satunya menteri yang menolak feasibility study (FS) dikerjakan oleh swasta dalam hal ini pemrakarsa JSS. Agus ngotot agar studi JSS dilakukan pemerintah melalui APBN, setelah itu ditender ke swasta.


Dalam perkembanganya usulan itu menuai perdebatan karena bakal mengancam kiprah pemrakarsa (pemda Lampung-Banten dan Artha Graha) untuk menyiapkan proyek JSS termasuk studi kelayakan dan basic design.


Masalah ini dibahas di kantor menko, yang kemudian dibentuk tim 7 sebagai tim inti yang membahas perbaikan maupun rekomendasi terkait persiapan pembangunan JSS.


Sejak Juli tahun lalu sejatinya masalah ini sudah ada keputusan namun hingga kini sudah hampir satu tahun belum ada hasil. Jembatan Selat Sunda ditargetkan mulai groundbreaking tahun 2014. Proyek jembatan sepanjang 29 km itu rencananya akan menelan dana sedikitnya Rp 100 triliun.


(zul/hen)