Djokir Belum Bisa Pastikan Nasib Jembatan Selat Sunda

Jakarta - Proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) sampai saat ini belum jelas. Ternyata Kementerian Pekerjaan Umum (PU) belum memulai studi kelayakan atau feasibilty study (FS) jembatan ini. Lalu kapan akan dimulai proyek ini dimulai?

Menteri PU Djoko Kirmanto (Djokir) menyatakan, kementeriannya belum bisa memastikan kapan studi kelayakan jembatan ini dimulai. Namun pihaknya terus bekerja tiap hari untuk mempersiapkan studi tersebut.


"Memang belum (FS). Tapi kementerian PU punya satker, kerja terus, Itu nanti akan mempermudah pembuatan FS. Sebenarnya bukan nol nol amat," kata Djoko di kantornya, Jakarta, Jumat (24/5/2013).


Diakui Djokir, dirinya tidak dapat memastikan kapan studi bisa dilakukan. Yang pasti, segala proses pembangunan berjalan terus. "Saya hanya berani mengatakan, kita selesaikan secapatnya," katanya.


Proyek jembatan yang menghubungkan Sumatera dan Jawa ini akan memakan dana sedikitnya Rp 100 triliun. Besarnya nilai investasi ini, ujar Djokoir, membuat pihaknya berhati-hati dalam mengambil semua langkah.


"Kalau asal groundbreaking itu bisa saja, tapi itu kan kita membangun kawasan," katanya.


Sejak Juli tahun lalu sejatinya masalah ini sudah ada keputusan namun hingga kini sudah hampir satu tahun belum ada hasil. Jembatan Selat Sunda ditargetkan mulai groundbreaking tahun 2014. Proyek jembatan sepanjang 29 km itu rencananya akan menelan dana sedikitnya Rp 100 triliun.


Studi jembatan yang diambil alih oleh pemerintah lewat Kementerian PU ini membuat bingung pemrakarsa proyek jembatan dan kawasan Selat Sunda ini yaitu Artha Graha Network.


Artha Graha Network yang dimiliki oleh pengusaha Tomy Winata membentuk konsorsium dengan Pemda Banten dan Lampung di bawah bendera PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS) belum mengetahui mengenai apa rencana Pemerintah mengenai kelanjutan Projek tersebut. Pemrakarsa juga tidak mengetahui pihak mana yang dipercaya atau dipilih Pemerintah untuk melanjutkan Proyek KSISS/JSS.


(zul/dnl)