Sempat Stagnan, Saham Electronic City Naik Rp 50

Jakarta - Saham PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) pada perdagangan perdananya dibuka stagnan di harga Rp 4.050 sama seperti harga penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO).

Saham elektronik ini sempat menyentuh level terendah di level Rp 4.000 dan level tertingginya di angka Rp 4.100 dengan jumlah frekuensi diperdagangkan sebanyak 12 kali dan total volume 291 lot dengan nilai transaksi Rp 591 juta.


"Pagi ini bersejarah bagi kami sehingga saham kita bisa dimiliki publik. Terimakasih untuk semua pihak terkait. Perusahaan kami telah terbangun sejak 12 tahun lalu dan merupakan pelopor elektronik di Indonesia. Kami percaya inilah momen untuk investor baik lokal maupun asing," kata Direktur Utama Electronic City Inggrid Pribadi saat listing perdananya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (3/7/2013).


Peritel modern barang-barang elektronik ini melepas sebanyak-banyaknya 333,33 juta lembar saham atau sekitar 25% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dengan itu, perseroan bakal meraup dana segar sebesar Rp 1,34 triliun.


Perseroan juga akan melaksanakan program employee stock allocation (ESA), dengan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya 2% dari jumlah saham yang ditawar dan 1% untuk program MSOP.


Dana hasil IPO ini sebesar 10% akan digunakan untuk pembayaran utang Perseroan di Bank Victoria senilai Rp 15 miliar dan Bank CIMB Niaga senilai Rp 10 miliar.


Kemudian, dari sisa dana IPO yang sebesar 90%, sebesar 85% untuk Capital Expenditure (Capex) yakni biaya pembangunan gerai baru (stand alone) dan beberapa akuisisi lahan. Sementara sisanya 15% bakal ditempatkan ke dalam pos modal kerja, termasuk didalamnya upgrade IT perseroan.


Adapun total capex yang dianggarkan Perseroan untuk tahun ini sebesar Rp 800 miliar, naik signifikan dari posisi capex 2012 yang hanya sebesar Rp 80 miliar.


Perseroan rencanakan tahun ini akan membangun 30 toko. Yang sudah dibuka 13 toko. Toko baru tersebut ada di dalam mal, ruko, dan stand alone seperti Bintaro dan SCBD. Tahun lalu perseroan sudah punya 23 toko.


Dengan penambahan sejumlah toko baru hingga akhir tahun nanti, perseroan optimistis pertumbuhan penjualan mencapai lebih dari 50%.


Tahun lalu pendapatan penjualan Perseroan mencapai Rp 1,43 triliun. Laba Bersih Rp 125 miliar, atau setara dengan margin pendapatan bersih sebesar 8,7%


Berdasarkan data Euromonitor, Electronic City memimpin pasar peritel moderen elektronik dengan pasar 41,5%. Hingga Mei 2013, toko Electronic City telah mencapai 36 toko.


Peritel modern barang-barang elektronik ini merupakan emiten ke-18 yang melantai di bursa tahun ini setelah PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM), PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL), PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP), PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), PT Dyandra Media International Tbk (DYAN), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk(ANJT), PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Apexindo Pratama Duta (APEX) (relisting), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Acset Indonusa Tbk (ACST), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Nusa Raya Cipta (NRCA), dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Emiten ini masuk sebagai emiten ke 473 di BEI.


(ang/ang)