Dmitry Rybolovlev: Pusing Dengan Ulah Istri

Jakarta - Pasca kejatuhan Uni Soviet pada 1991, banyak perusahaan negara milik pemerintah yang diprivatisasi. Ini kemudian melahirkan miliuner-miliuner muda Rusia, yang mengakusisi aset-aset pemerintah di sektor logam, pertambangan, dan keuangan. Beberapa di antaranya adalah taipan yang kalem. Tapi kebanyakan flamboyan dan royal dengan harta dan dekat dengan wanita-wanita cantik. Kini mereka juga dikenal sebagai pemilik klub olahraga. Inilah kisah mereka.

Dmitry Rybolovlev


Dmitry Rybolovlev akhir-akhir ini dipusingkan tindakan istrinya, Elena Rybolovleva, yang menggugatnya ke pengadilan untuk kesekian kalinya. Kali ini Rybolovlev dituding membeli sebuah mansion di Hawaii untuk menyembunyikan duitnya supaya tak ikut dibagi sebagai harta gono-gini. Pasangan ini memang sedang dalam proses bercerai.


Sebelum kasus mansion senilai US$ 20 juta yang dibeli dari aktor Will Smith itu, Rybolovlev juga pernah digugat dalam kasus penthouse senilai US$ 88 juta di New York dan mansion milik Donald Trump senilai US$ 95 juta di Palm Beach. Alasan gugatannya juga sama.


Lalu ada pula kasus pembelian penthouse senilai US$ 300 juta, pembelian pemain untuk klub AS Monaco yang dimiliki Rybolovlev, serta pembelian dua pulau di Yunani senilai US$ 156 juta. Semua pembelian dan pengelolaan properti itu dipercayakan pada anak-anak Rybolovlev. Tapi sang istri tak senang.


Kepada The Daily News, Rybolovlev dan pengacaranya mengatakan pembelian aset-aset itu tak melanggar hukum lantaran perjanjian dengan putri-putrinya: Ekaterina dan Anna, dilakukan pada 2008, sebelum proses perceraian. Lagipula, kata dia, semua harta itu dibeli untuk menjamin masa depan putrinya.


Kontroversi memang tak jauh-jauh dari kehidupan taipan yang memiliki kekayaan sebanyak US$ 9,1 miliar itu. Pada 1996 dia pernah dituduh sebagai otak pembunuhan rekan bisnisnya dan sempat mendekam selama 11 bulan di penjara.


Lalu, pada 2010 secara mengejutkan Rybolovlev menjual sahamnya di Uralkali, perusahaan kalium karbonat yang didirikannya pada 1990, sebesar US$ 6,5 miliar.


Rupanya, duit penjualan saham itu dipakainya untuk membeli klub AS Monaco yang berlaga di Liga Prancis. Padahal, prestasi Monaco sedang terpuruk dan klub ini terdegradasi ke divisi dua.


“Saya memang sangat menyukai sepakbola,” kata pebisnis berusia 46 tahun itu. “Saya rasa klub ini punya potensi dan saya harap kini bisa merealisasikan potensi itu, baik secara domestik maupun di Eropa.”


Tahun ini Rybolovlev membikin berita saat menggelontorkan US$ 160 juta untuk mendatangkan Ramadel Falcao dari Atletico Madrid dan dua pemain Porto: James Rodriguez dan Joao Moutinho. Dia pun pernah membikin spekulasi ketika menawar Cristiano Ronaldo dari Real Madrid sebesar 85 juta Poundsterling.


Bisnis Rybolovlev dimulai dari perusahaan pengobatan alternatif bernama Magnetics yang didirikannya bersama ayahnya, Evgeny. Tapi kejatuhan Uni Soviet membuat banyak klien Rybolovlev membayar dengan barang ketimbang uang tunai. Rybolovlev kemudian menjual lagi barang-barang itu. Inilah awal mula kekayaan Rybolovlev.


Pada 1992-1994, Rybolovlev mendirikan perusahaan investasi dan bank, lalu mengakusisi sejumlah perusahaan industri di Perm. Setahun kemudian, dia malah menjual semua sahamnya dan fokus di industri kalium karbonat, khususnya di perusahaan Uralkali.


(DES/DES)