Modifikasi Klasik, Bisa Setara Mobil

Jakarta - Penampilannya biasa saja. Pria kurus berkulit gelap itu juga dikenal sebagai sosok kalem. Tapi siapa sangka, Ahmad Fakhri, nama lelaki itu, adalah dedengkotnya salah satu komunitas pehobi Vespa di Jakarta.

Sehari-hari Fakhri adalah pegawai di sebuah instansi pemerintah yang sedang sibuk dengan urusan pasar modal yang gonjang-ganjing. Selepas kerja, pria 39 tahun ini adalah seorang maniak Vespa, sepeda motor asal Italia itu.


Sudah lama dia menggilai Vespa. Tapi baru setelah diangkat sebagai pegawai negeri sipil, yakni pada 1998, Fakhri bisa membeli sepeda motor impiannya. Total dia punya dua unit Vespa, satu Vespa klasik tahun 1963 dan satu lagi Vespa keluaran 1991.


“Dulu punya empat, tapi istri ngambek,” ujar Fakhri sambil tertawa. “Rumah tipe 21 saja punya empat Vespa, mau ditaruh di mana? Begitu kata istri saya. Jadi sekarang tinggal dua, dan itupun dititipkan di rumah mertua.”


Fakhri sudah merogoh lebih dari Rp 20 juta untuk menekuni hobinya. Semuanya habis untuk memermak sepeda motor supaya kembali kinclong lengkap dengan aksesorisnya. “Untuk cat saja sudah Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta, belum modifikasi di bagian pengapian seperti ganti platina, coil, dan spul,” katanya.


Menurut Fakhri, masih banyak penggila Vespa lain yang menghabiskan uang lebih besar ketimbang dirinya. Bahkan, kalau ingin memodifikasi Vespa dengan pernak pernik dan aksesoris yang orisinil, dananya bisa setara harga mobil.


Kini Fakhri memimpin komunitas penggila Vespa yang disebut Smart, singkatan dari Scooter Moto Art. Di antara komunitas Vespa kini ada topik hangat yang menjadi perhatian bersama, yaitu “Stop Ekspor Vespa!”


“Semua komunitas punya pandangan yang sama. Menjaga Vespa yang ada di Indonesia tetap di Indonesia,” kata Fakhri.


Anda tahu, Vespa klasik asal Indonesia terbilang populer di luar negeri. Ada cukup banyak varian Vespa yang beredar di sini dan penggila Vespa di Indonesia pun cukup berani melakukan modifikasi yang mahal.


Tak heran bila banyak kolektor Vespa dari luar negeri yang berburu barang di Indonesia. Mereka bahkan berani membayar mahal. Menurut Fakhri, jual beli Vespa klasik itu banyak terjadi di Bali. Tapi memang komunitas tak bisa berbuat banyak.


Penggila Vespa klasik ini beranggapan, seorang pehobi dan kolektor sejati tidak akan melepas Vespa-nya, berapa pun iming-imingnya. Fakhri menganggap, mereka yang dengan mudah melepas koleksinya demi fulus yang besar, tak ubahnya spekulan. Tapi, dia juga tak menutupi kemungkinan ada kolektor yang memang sedang membutuhkan duit.


(DES/DES)