Dolar Tembus Rp 11.000, Pengembang Jadi Malas Bangun Rumah Murah

Jakarta - Pelemahan rupiah yang membuat dolar menembus Rp 11.000 membuat pengembang perumahan enggan membangun rumah murah. Pengembang merasa rugi menjual rumah murah saat ini.

"Mereka (pengembang) saat ini menahan diri, sedang slow down karena membangun rumah saat ini dengan menjual murah akan rugi," kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo kepada detikFinance, di Jakarta, Jumat (30/8/2013).


Belum lagi, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate naik menjadi 7%. Kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah ini menjadi alasan banyak pengembang enggan membangun perumahan baru untuk dijual. Biaya produksi seperti material dan konstruksi saat ini menjadi mahal.


"Dolar naik akan mengerek harga konstruksi, materialnya juga ini kan jadi ongkos produksinya naik sementara harga rumahnya pas dijual murah jadi mereka akan rugi," ungkapnya.


Saat ini, total pengembang properti di Indonesia mencapai sekitar 5.000 pengembang, sebanyak 2.200 di antaranya anggota Apersi. ‎​"Total pengembang secara keseluruhan 5.000-an. Di antaranya pengembang Apersi total 2.200 yang aktif 900 pengembang," kata dia.


(drk/dnl)