AS dan Uni Eropa Tolak Sawit, Suswono: Mereka Kalah Bersaing

Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengatakan produk kelapa sawit asal Indonesia dihadang masuk di Amerika Serikat (AS) bahkan Uni Eropa melalui skema non tarif seperti isu lingkungan. Hal ini terjadi karena negara-negara tersebut merasa tersaingi dengan produk sawit karena kemampuan produksinya sangat besar.

"CPO itu produk yang paling efisien. Kenapa negara-negara melakukan proteksi dengan cara-cara yang non tariff barrier itu, alasannya karena mereka kalah bersaing," kata Suswono saat ditemui di Gedung DPR Senayan, Jakarta Rabu (9/10/2013).


Menurut Suswono, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak ingin produk kelapa sawit mendominasi pasar mereka. Alasannya kedua negara itu mempunyai produk pesaing sejenis seperti minyak dari rapseed, kedelai dan bunga matahari.


"Rapeseed mereka jelas kalah, sun flower juga kalah dan tidak efisien, kedelai juga tidak efisien. CPO kita di sana itu unggul," cetusnya.


Oleh sebab itu Amerika Serikat dan Uni Eropa banyak membuat isu miring mengenai komoditas kelapa sawit Indonesia. Hal tersebut diawali melalui isu lingkungan sampai ke isu kesehatan.


Misalnya kampanye negatif mengenai perusakan lingkungan yang disebabkan oleh penanaman kelapa sawit, pembakaran hutan untuk pembukaan lahan baru perkebunan, pemusnahan habitat seperti Orang Utan.


Dengan produksi CPO sebesar 25 juta ton, Indonesia bahkan mencatatkan dirinya sebagai produsen CPO terbesar di dunia.Secara keseluruhan, Indonesia menyumbang 47% dari kelapa sawit dunia atau jauh lebih besar dibandingkan dengan Malaysia (39%).


Produsen kelapa sawit lainnya adalah Nigeria, Thailand, Kolombia, Ekuador, Papua Nugini, Pantai Gading, dan Brasil. Pasar terbesar CPO Indonesia saat ini adalah India, China, dan Uni Eropa.


Total lahan sawit di Indonesia hingga saat ini mencapai 9,5 juta hektar. Dari jumlah itu, setiap tahun produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencapai 25 juta ton.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!