RI Mampu Produksi Jagung 18 Juta Ton/Tahun Tapi Masih Impor, Ini Alasannya

Jakarta -Indonesia sampai saat ini masih rutin mengimpor jagung dengan jumlah yang cukup besar setiap tahun. Padalah menurut data Dewan Jagung Nasional, setiap tahun produksi jagung lokal mencapai 18 juta ton atau di atas kebutuhan.

Lalu apa yang menyebabkan Indonesia masih ketergantungan jagung impor?


Sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola menjelaskan impor jagung dilakukan untuk mengisi kekosongan stok jagung nasional pada periode tertentu. Impor jagung biasanya dilakukan oleh produsen pakan ternak, sebanyak 50% bahan baku pakan ternak bersumber dari jagung.


"Musim panen jagung terjadi di awal bulan Februari hingga April dengan produksi 18 juta ton, sedangkan masa tanam bulan Oktober. Importir mengajukan izin impor bulan Desember dan masuk secara berkala. Oleh sebab itu periode setelah musim tanam itu pasokan akan berkurang, pabrik pakan ternak yang setiap tahun memerlukan jagung 7 juta ton per tahun," kata Max kepada detikFinance, Selasa (03/06/2014).


Salah satu masalah di dalam mekanisme produksi jagung di dalam negeri adalah tidak tersedianya gudang-gudang penimbunan jagung (resi gudang). Menurut Max, resi gudang diperlukan agar distribusi jagung setelah panen raya terkontrol dan bisa menekan importasi jagung dari negara lain.


"Ini yang tidak ketemu periode panen jagung kita dengan kebutuhan pabrik pakan ternak. Pabrik akan melakukan impor karena masalahnya kita tidak punya gudang yang banyak di petani jagung. Pabrik tidak mau tutup kalau produksi nasional tidak mencukup, dia (pabrik) akan melakukan impor," tuturnya.


Max menyebut lonjakan impor jagung paling besar terjadi di tahun 2012, periode bulan Januari-April 2012 impor jagung mencapai 2,5 juta ton. Sedangkan tahun ini pada periode yang sama impor jagung hanya 699.425 ton.Next


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!