Tarif Kereta Ekspres Bandara Soetta Rp 100.000 Dianggap Kemahalan

Jakarta -Rencana proyek kereta Bandara Soekarno Hatta (Soetta) berbasis KRL dan ekspres kembali menjadi pembicaraan hangat. Belum kereta ini dibangun, protes dari masyarakat sudah muncul terutama soal rencana pengenaan tarif.

Pemerintah memang berencana mematok tarif KRL Bandara Soetta Rp 75.000 per penumpang dan tarif Kereta Ekspres senilai Rp 100.000. Misalnya seorang pembaca detikFinance bernama Haryono merasa keberatan dengan rencana tarif KRL dan Kereta Ekspres Bandara Soekarno-Hatta.


"Tarif yang akan berlaku sebesar Rp 75.000 untuk KRL dan 100.000 untuk ekspres itu sangat mahal. Setelah keluar stasiun, penumpang akan mengeluarkan ongkos untuk moda transportasi selanjutnya menuju rumah," kata Haryono dalam surat elektroniknya, Rabu (4/6/2014).


Menurut Haryono, dirinya lebih baik naik taksi daripada naik kereta bandara karena lebih murah dan tidak repot. "Pemerintah selalu berpikir kalau yang naik pesawat itu orang berduit," keluhnya.


Ia juga mempertanyakan antara kereta bandara dengan kereta jarak jauh ataupun KRL Jabodetabek dari sisi pelayanan. Menurutnya yang penting bagi publik adalah kereta yang sederhana dengan harga terjangkau, ketepatan waktu, bukan kereta mewah.


"Sebagai penumpang kami hanya berharap keretanya dibuat seperti KRL Jabodetabek saja, tidak perlu seperti kereta di bandara Kualanamu yang interiornya cukup mewah tapi harga selangit. Makanya kereta tersebut sepi penumpang," ungkapnya.


Menanggapi itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkatan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan rencana penetapan tarif KRL dan kereta ekspres bandara sudah memperhitungkan kesediaan dan kemampuan masyarakat.


"Memang ada beberapa skenario, kalau sendirian pasti orang lebih senang naik kereta. Begitu 2 orang atau lebih ada kemungkinan orang pilih pakai taksi," katanya kepada detikFinance.


Menurutnya taksi punya kelemahan, karena tak memberikan jaminan ketepatan waktu. Sedangkan jika menggunakan kereta bandara sebaliknya.


"Kalau ada jamainan waktu orang pasti naik kereta, ini lebih menitikberatkan performa. Waktu tempuh bisa diandalkan," kata Hanggoro.


(zul/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!