Bambang Brodjonegoro: Kita Sebagai Menteri Bukan Superman

Jakarta -Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan menteri-menteri dalam Kabinet Kerja yang akan membantunya menjalankan roda pemerintahan selama 5 tahun ke depan. Kabinet Kerja terdiri dari 34 menteri, di mana 14 menteri (41%) berasal dari partai politik dan 20 menteri (59%) yang berasal dari kalangan profesional dengan berbagai latar belakang.

Salah satu menteri dari kalangan profesional adalah Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, yang didapuk sebagai Menteri Keuangan. Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia ini tidak asing dengan lingkungan Kementerian Keuangan.


Bambang memulai karirnya di Kementerian Keuangan sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal. Tahun lalu, dia diangkat menjadi Wakil Menteri Keuangan mendampingi Chatib Basri.


Kemarin, Jokowi mengumumkan namanya sebagai Menteri Keuangan. Putra bungsu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Soemantri Brodjonegoro ini menyempatkan diri menerima detikFinance di kediamannya, Jakarta.


Berikut wawancara detikFinance dengan Bambang:


Bagaimana perjalanan karir Anda?

Kebetulan memang saya sejak lulus S3 tahun 1997, berkarir di UI selama hampir 12 tahun. Itu memang meskipun tetap bertanggung jawab sebagai akademisi, pangkat saya pun naik dari level Kepala sampai Guru Besar FE UI. Saya juga selalu terlibat dalam kegiatan organisasi yang struktural, artinya menjadi pimpinan di fakultas, mulai dari Ketua Program Studi, Kepala LPEM, terus Ketua Jurusan sampai akhirnya menjadi Dekan.


Sempat di Islamic Development Bank (IDB) juga ya?

Setelah itu sebenarnya saya nggak langsung ke pemerintah. Saya ke luar negeri, ke Islamic Development Bank di Jeddah (Arab Saudi) selama dua tahun. Saya menjadi Dirjen untuk riset dan training. Meskipun cuma dua tahun, itu adalah pengalaman bagus menurut saya. Di situ saya punya interaksi yang sifatnya internasional dan ikut dengan isu yang juga global. Meskipun lebih banyak di negara Islam, yang paling penting saya belajar mengenai birokrasi. Meskipun ketika di kampus saya sudah terbiasa menghadapi birokrasi, tapi kan kecil. Di IDB ini realtif lebih besar.Next


(hds/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!