Kemarin, harga minyak dunia menyentuh harga US$ 45 per barel, titik terendahnya dalam 6 tahun terakhir alias 2009 lalu. Miliuner asal Timur Tengah itu yakin harga emas tidak akan pernah melampaui batas US$ 100 per barel lagi.
"Permintaan rendah, tapi pasokan melimpah. Keduanya adalah resep yang pas untuk menghancurkan harga minyak. Itulah yang terjadi, tak diragukan lagi," katanya kepada USA Today seperti dikutip CNN, Rabu (14/1/2015).
Hal tersebut juga damini oleh Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi. Sang menteri menyatakan harga minyak US$ 100 per barel adalah hal yang terjadi di masa lalu.
Jika hal itu terbukti benar, maka harga bahan bakar minyak (BBM) bisa tetap bertahan di titik murah seperti sekarang ini.
Pertama kali harga minyak tembus US$ 100 per barel pada 2008 lalu, tak lama setelah krisis ekonomi global. Tingginya permintaan dari Tiongkok dan India memunculkan prediksi harga minyak bisa menembus US$ 200 per barel.
Tak lama setelah itu harga minyak anjlok hingga ke level US$ 34 per barel setelah masa krisis. Namun dalam tiga tahun terakhir harga minyak berhasil rebound dan diperdagangkan di kisaran US$ 90-110 per barel.
"Sisi positif dari jatuhnya harga minyak ini adalah Arab Saudi bisa melihat berapa banyak produsen minyak yang akan bangkrut," katanya.
Sampai sekarang ini memang sudah banyak perusahaan minyak dunia yang mengurangi bahkan menghentikan produksi minyaknya sementara waktu. Alwaleed memprediksi harga minyak pasti naik lagi, hanya saja tak mungkin menembus US$ 100 per barel.
(ang/ang)