Lalu apa alasan pemerintah ingin menggabungkan kedua bank pelat merah ini? Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan merger ini dilakukan untuk mendorong bank dalam negeri bisa menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sektor keuangan yang akan berlangsung pada 2020 mendatang.
Sebelum melangkah lebih jauh, kita simak dulu kinerja masing-masing bank. BNI mencatat laba bersih pada triwulan III-2014 sebesar Rp 7,61 triliun, naik 16,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,54 triliun.
Faktor utama penyumbang laba bersih adalah Pendapatan Operasional yang mencapai Rp 23,68 triliun atau tumbuh 13,0% dibanding triwulan III-2013, di mana Rp 16,39 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih.
Penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% mencapai Rp 267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor Bisnis Banking dan 19,4% untuk sektor Konsumer & Ritel.
Pertumbuhan kredit BNI dikontribusi dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,9%, yaitu dari Rp 275,63 triliun pada triwulan III-2013 menjadi Rp 308,33 triliun pada triwulan-III 2014.
Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BNI naik menjadi 16,2% sedangkan kredit macet alias non performing loan (NPL) turun menjadi hanya 0,5%Next
(ang/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
