Penjelasan Bulog: Harga Beras Naik, Karena Raskin Telat Dibagikan

Jakarta -Bulog tidak mau disalahkan atas tingginya harga beras yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Bulog menyatakan, penyebab harga beras naik akibat keterlambatan distribusi beras miskin (raskin).

Lely Pelitasari S, Direktur Pelayanan Publik Bulog mengatakan, pemerintah tidak menggelontorkan raskin pada periode November-Desember kepada 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS). Biasanya per bulan Bulog mengeluarkan raskin sebesar 232.000 ton.


"Kenapa harga ini tinggi? Instrumen pemerintah salah satunya yaitu raskin. Raskin itu digelontorkan 232.000 ton/bulan. November-Desember kosong artinya 462.000 ton raskin tidak ada di pasar. Dikompensasi oleh operasi pasar (OP) biasa yaitu 71.000 ton di bulan Desember-Januari, jadi ini nggak nendang," ungkap Lely dalam diskusi 'Harga Beras Tidak Waras' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (28/2/2015).


Ditambah lagi, penyaluran raskin pada Januari 2015 dinilai terlambat. Pemerintah baru meluncurkan kembali kebijakan raskin pada tanggal 28 Januari 2015.


"Jadi ada time lag (jeda waktu) satu bulan," imbuhnya.


Artinya ada kekosongan pasokan raskin sebesar 696.000 ton selama 3 bulan terakhir. Pemerintah hanya mengkompensasi dengan menggelar Operasi Pasar sebanyak 71.000 ton pada Desember-Januari.


"Kosong 700 ton hanya diberi 71.000 ton. Kami Bulog disuruh jalan oke, kami sifatnya menyampaikan informasi dan monitoring bersama," katanya.


Padahal secara umum stok beras Bulog cukup. Bulog memiliki 1,4 juta ton atau cukup untuk kebutuhan 5 bulan ke depan.


"Pemerintah ingin gelontorkan 300.000 ton raskin, bagi Bulog besok bisa dikeluarkan. Masalahnya ada surat permintaan alokasi (SPA). Hari ini terkenda karena banyak daerah belum mengeluarkan SPA. Stok beras kita 5 bulan ke depan cukup yaitu 1,4 juta ton," jelasnya.


(wij/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com