Harga Beras Mahal Bukan Karena Mafia Beras, Tapi Ini Penyebabnya

Jakarta -Lonjakan harga beras dalam beberapa hari terakhir ini sebenarnya bukan karena ulah mafia beras. Hal ini terjadi karena ada keterlambatan musim panen, dan keterlambatan pembagian beras miskin (raskin). Sehingga pasokan beras ke pasar berkurang.

Pengamat Pertanian Khudori mengungkapkan, mafia adalah sekumpulan orang yang bertindak dan melakukan praktik kriminal. Menurutnya mungkin yang diungkapkan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel adalah praktik kartel. Tetapi hal itu juga bukan pemicu kenaikan harga beras.


"Mafia beras yang dilontarkan Pak Rachmat Gobel tidak pas ditempelkan pada beras. Sebetulnya sederhana, mestinya Februari kita panen raya sampai Mei 2015 porsinya 65%. Karena hujan terlambat 1,5 bulan, berarti ini karena musim paceklik," papar Khudori di acara Pelemik Sindo Trijaya dengan tema Harga Beras Tidak Waras, di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (28/2/2015).


Menurut Khudori, justru keterlambatan waktu panen ini yang tidak diantisipasi oleh pemerintah. Sehingga harga beras bergerak liar karena stok terbatas.


"Ini yang kurang diantisipasi. Salah satu yang harusnya diperhatikan seberapa besar beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang, biasanya 3.000 ton masuk tetapi sekarang berkurang drastis," imbuhnya.


Alasan kedua adalah, pemerintah tidak membagikan beras miskin (raskin) kepada 15,5 Rumah Tangga Sasaran (RTS) pada periode November-Desember 2014. Sedangkan di Januari 2015, raskin baru dibagikan pada akhir bulan, sehingga menjadi penyebab masyarakat panik.


"Lalu raskin terlambat dibagikan. Raskin ini kan menjadi sandaran hidup bagi 15,5 juta RTS. Kalau tidak ada mereka buru ini (beras) ke pasar," katanya.Next


(wij/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com