Pada triwulan I 2015, sebanyak 600.000 ton gula mentah pun diberikan izin impornya oleh Kementerian Perdagangan melalui rekomendasi yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian. Berkaitan dengan hal ini, pengusaha gula rafinasi mengaku kebutuhan pada triwulan II memang akan melonjak.
"Kalau menjelang puasa dan lebaran kebutuhan ini naik. Ini harus dipenuhi supaya stok dan harga tidak guncang," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Riyanto kepada detikFinance, Minggu (22/2/2015).
Dia mengatakan, pada saat menjelang bulan puasa dan lebaran, industri makanan dan minuman meningkatkan produksinya untuk memenuhi lonjakan permintaan. Menurutnya, permintaan yang melonjak tersebut harus diimbangi dengan pasokan yang seimbang.
"Kalau sesudah lebaran akan turun lagi. Jadi memang polanya seperti itu. Kalau dirata-rata (di luar bulan puasa dan lebaran), per bulan itu 200.000 ton untuk gula rafinasi saja. Tapi bulan puasa dan lebaran tidak sama," katanya.
Agar tidak menganggu keberlangsungan industri makanan dan minuman, Riyanto mengusulkan pada pemerintah untuk menetapkan kuota impor gula rafinasi dengan skema tahunan, bukan per triwulan.
"Paling baik memberikan rencana itu setahun. Kalau parsial seperti ini akan menganggu rencana produksi," tuturnya.
Sedangkan tahun ini, lanjutnya, kebutuhan gula mentah untuk produksi gula rafinasi sekitar 3-3,2 juta ton. "Sama dengan tahun lalu," tutupnya.
(zul/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
