Arifin Panigoro, pendiri kelompok usaha Medco Group, menilai langkah ini bisa menjadi awal bagi pencabutan sanksi ekonomi atas Iran. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan asing bisa kembali masuk dan berinvestasi di Negeri Persia itu.
Arifin menyebutkan, berinvestasi di Iran akan sangat menarik bagi perusahaan Indonesia karena produksi minyaknya yang besar. Tahun lalu, rata-rata produksi minyak Iran mencapai 2,81 juta barel/hari. Iran adalah negara produsen minyak terbesar dunia. Selain itu, secara lokasi Iran juga lebih masuk akal.
"Paling besar (cadangan minyak) di Venezuela, cuma kan jauh banget. Kalau Rusia dingin banget. Paling mungkin Iran. Kan tadinya embargo, cuma kelihatannya mau damai sama Amerika. Jadi potensi itu ada," jelas Arifin di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (6/4/2015).
Ekspansi perusahaan minyak nasional ke luar negeri, tambah Arifin, disampaikannya kala menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, tren penurunan harga minyak akan membuat biaya investasi di sektor energi menjadi lebih murah.
"Saya laporkan ke beliau (Jokowi), karena saya ngebor minyak sudah puluhan tahun. Jangan hanya terpukau di dalam negeri dan melihat kemungkinan ekspansi ke luar negeri. Mumpung harganya lagi murah," paparnya.
Bila hanya membeli minyak dari luar negeri, menurut Arifin, maka pengusaha nasional tidak bisa memanfaatkan momentum penurunan harga minyak.
"Kalau cuma beli ya sama saja, beli dari trader mahal juga. Lebih baik ngebor di luar negeri," tuturnya.
(hds/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com