Para Mantan Bos Pertamina Ikut Ribut Soal Blok Mahakam

Jakarta - Para mantan petinggi PT Pertamina (Persero) ikut meributkan soal mampu atau tidaknya Pertamina mengelola 100% sumur-sumur gas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur setelah kontrak Total E&P Indonesie dan Inpex habis di 2017.

Mantan Wakil Direktur Utama Pertamina Mustiko Saleh mengatakan, Pertamina sudah berpengalaman 54 tahun mengurus sektor migas, Pertamina dinilai punya teknologi dan manajemen yang mumpuni.


"Soal finansial, tidak ada masalah juga, produksi Mahakam sekarang 2.000 mmscfd (juka kaki kubik per hari). iItu kalau harganya US$ 10 maka US$ 200 juta. Itu sudah jadi jaminan (ke bank untuk meminjam uang). Cadangan juga sudah terbukti ada, makanya karena itu semua berebut Mahakam," ujar Mustiko.


Terkait keraguan mantan Dirut Pertamina Ari Soemarno yang menganggap Pertamina tidak akan mampu mengelola Blok Mahakam, Mustiko punya pendapat berbeda.


"Saya Wakil Dirutnya, dia (Ari Soemarno) kan bukan orang hulu tapi orang hilir. Dia tidak punya pengalaman di hulu. Teknologi apa yang dipertanyakan? Pertamina saja pegang ONWJ, sekarang naik, pengeboran di laut itu mudah, tidak masalah," ungkap Mustiko.


Hari ini, mantan Direktur Utama Pertamina Ari Soemarno mengatakan, Blok Mahakam dapat dikatakan merupakan lapangan migas yang secara teknis cukup rumit, karena terdiri dari banyak lapangan baik di darat, maupun di daerah rawa dan lepas pantai/offshore. Jumlah sumurnya juga sangat banyak.


"Blok Mahakam juga kondisi sub surface (di bawah permukaan) rumit. Secara keseluruhan lebih rumit daripada lapangan Minas atau Duri di Riau yang dioperasikan Chevron yang hanya menghasilkan minyak bumi dan berlokasi di darat/onshore," ucap Ari dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Senin (25/2/2013).


Ari juga menganggap Pertamina jauh tertinggal. Kemampuan bidang geological dan geophysical (G&G) Pertamina masih sangat lemah. Lihat saja, apakah dalam 10 tahun terakhir Pertamina berhasil menambah cadangan migasnya atau menemukannya secara berarti?


"Evaluasi G&G-nya sering salah, lihat pengalaman di lapangan Pondok Tengah (daerah bekasi) atau di Donggi (Sulawesi Tengah)," ucap Ari.


(rrd/dnl)