Bunga Kredit di RI 10% Sementara Malaysia Hanya 2%, Pengusaha Sulit Bersaing

Jakarta - Besarnya potensi perkonomian Indonesia dengan penduduk banyak dan wilayah yang luas harusnya menjadi peluang besar bagi pengusaha dalam negeri. Tapi sayangnya, Indonesia hanya jadi pasar barang-barang impor.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, banyak barang-barang impor yang sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri malah sulit bersaing. Apa penyebabnya?


Dikatakan Gita yang juga mantan pengusaha, menjadi pengusaha di Indonesia risikonya terlalu banyak, mulai dari sulitnya lahan, rumitnya perizinan, hingga bunga kredit modal kerja yang tinggi.


"Di indonesia kalau kita pinjam bunganya 10%, sedangkan di Malaysia hanya 2%. Bagaimana pengusaha kita bisa bersaing jika kita sudah dikalahkan 8% pada langkah awalnya," tutur Gita saat berpidato di acara Barisan Indonesia (Barindo) soal 'Potensi dan prospek usaha kecil dan menengah di Indonesia'.


Acara ini dilakukan di Hotel Century, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/5/2013).


Sebagai Menteri Perdagangan, Gita mengaku, dirinya sering berdiskusi dengan banyak masyarakat pelaku UKM dan yang berminat untuk menjadi pelaku UKM. Namun, banyak dari mereka yang terkendala oleh pendanaan.


"Rasio populasi masyarakat yang memiliki akses pada pendanaan hanya sebesar 20% dari total penduduk Indonesia. Selebihnya 80% tidak mengetahui akses itu. Bagaimana kita bisa jadi pengusaha UKM jika tidak mengetahui?" kata Gita.


Karena itu, menurtu Gita, bunga kredit perbankan untuk modal kerja harus bisa diturunkan dari levelnya sekarang sekitar 10%-15%. Kemudian pemerintah juga harus bisa memberikan insentif berupa keringanan pajak kepada pengusaha dalam negeri, sehingga pertumbuhan pengusaha dalam negeri meningkat.


Sehingga kue ekonomi Indonesia yang besar bisa dinikmati oleh pengusaha dalam negeri, dan Indonesia tidak menjadi sasaran barang impor.


(dnl/dnl)