Ini Penjelasan Jasa Marga Soal Desain Kelak-kelok Tol Atas Laut di Bali

Jakarta - Jalan tol atas laut Bali yang menghubungkan Bandara Ngurah Rai-Pelabuhan Benoa-Nusa Dua didesain berkelak-kelok untuk menghindari jalan tol sepanjang 12 Km dianggap runway. Ternyata pernah ada kisah pesawat yang salah mendarat di jalan raya.

Public Officer Jasa Marga Bali Toll Drajad Suseno mengatakan, di Australia pernah ada pesawat yang memang salah mendarat di jalan raya, karena posisi jalan tersebut sejajar dengan landasan pesawat bandara.


"Kebetulan pernah ada satu kasus di Australia, sebuah pesawat mendarat di jalan raya yang dikira runway. Jadi ada wartawan Australia cerita, kalau dulu pernah ada pesawat mendarat di jalan raya, dan setelah itu jalannya dibuat berkelok," kata Drajad kepada detikFinance, Selasa (2/7/2013).


Karena itu tol atas laut di Bali tidak dibuat lurus. Ada bagian dari tol ini yang posisinya sejajar dengan landasan pesawat di Bandara Ngrah Rai.


"Secara teknis, jalan tidak boleh lurus dan ada belokan, walaupun belokan tidak terasa, harus ada naik turunnya juga. Kebetulan di Bali dari simpang susun menuju bundaran Ngurah Rai sejajar dengan landasan pacu, panjangnya 1,6 km. Oleh karena itu, untuk sekalian menyamarkan maka dibuat berkelok," papar Drajad.


Tapi sebetulnya, kalau landasan pacu ada lampu2nya, kalau kita lampunya tidak begitu terlihat. Tapi untuk menghindari salah mendarat, kita buat berkelok untuk menyamarkan.


Drajad menjelaskan, jalan tol pada dasarnya memang tidak boleh didesain lurus. Harus ada belokan dan naik turunnya. Hanya di Bali kebetulan harus dibuat berkelok-kelok untuk disamarkan agar tidak disangka landasan pesawat.


Seperti diketahui, susunan kepemilikan proyek tol ini meliputi Jasa Marga sebesar 60%, PT Pelindo III sebesar 20%, PT Angkasa Pura I sebesar 10%, PT Wijaya Karya Tbk (Wika) sebesar 5%, PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%, PT Hutama Karya Tbk sebesar 2%, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali sebesar 1%.


Sedangkan keikutsertaan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Badung dalam kepemilikan saham sedang dalam proses. Kami berharap skema sinergi BUMN dan Pemerintah Daerah ini dapat dilanjutkan untuk proyek-proyek infrastruktur komersial lainnya, sehingga tidak memberatkan APBN sesuai dengan kebijakan pemerintah.


Tol atas laut ini rencananya dibuat untuk melayani jalur transportasi pertemuan KTT APEC pada Oktober 2013 nanti. Tol ini memiliki panjang 12,7 km dengan nilai investasi sekitar Rp 2,4 triliun.


Diperkirakan tarif tol untuk ruas ini ialah , Gol I Rp 10.000, Gol II itu Rp 15.000, Gol III Rp 20.000, Gol IV Rp 25.000, Gol V Rp 30.000, dan Gol VI khusus motor itu Rp 4.000 sekali masuk.


(dnl/hen)