Gara-Gara Mudik Jadi Hobi Kereta Mini

Jakarta - Naik kereta api tut, tut, tut. Siapa hendak turut? Ke Bandung, Surabaya, marilah naik dengan percuma,...

Lagu kanak-kanak lawas itu persis seperti kisah yang dijalani Joedy, 41 tahun, sejak dirinya kecil. Saban tahun, Joedy mengikuti orang tuanya mudik ke Purwokerto, Jawa Tengah, dengan menumpang kereta api.


Kebiasaan itu kelak membuatnya gandrung pada kereta api. Tapi bukan kereta api betulan yang hilir mudik di jalur kereta api di Pulau Jawa tadi. Joedy jatuh cinta pada kereta api mini yang dioperasikan dengan remote control.

Seperti pada awal pekan lalu, detikFinance menemuinya tengah asyik 'bermain-main' dengan kereta api mini yang sedang melaju di atas relnya. Suaranya persis seperti kereta api betulan, lengkap dengan lonceng dan pluitnya.


"Yang ini digerakkan dengan remote control dengan sistem digital. Kita bisa menggerakkan dua atau lebih lokomotif dengan arah sesuai keinginan dari jarak jauh. Ada juga suaranya, pokoknya seperti yang asli," kata Joedy.


Tak hanya satu, Joedy mengoleksi beberapa set kereta api lengkap dengan rel dan pernak-perniknya, seperti pepohonan di sekitar lintasan, sampai bangunan stasiun. Hobi ini ditekuninya sejak lima tahun lalu. Hobi ini juga didukung pekerjaan utamanya, yaitu pedagang kereta api mini dan pernak-perniknya.


Untuk koleksi pribadi, Joedy mempunyai lima lokomotif untuk menarik gerbong-gerbong, yang jumlahnya sudah tak terhitung. Dia juga membangun diorama untuk mainannya, termasuk diorama lintasan kereta api di pegunungan.


Sayang diorama itu rusak waktu dia pindah rumah. "Sekarang harus dibetulkan lagi," ujar ayah satu putri ini mengeluh.


Sebagai seorang kolektor yang telaten, Joedy membersihkan seluruh koleksinya secara rutin dengan kuas halus. Mesin lokomotif dilumasi minimal sebulan sekali. Tak boleh jatuh, apalagi terpapar air. Menurut dia, tingkat kehati-hatiannya sama seperti merawat bayi.


Tak hanya menjadi seorang kolektor, Joedy juga membidani kelahiran komunitas pecinta kereta api model yang diberi nama Forum Kereta api Miniatur (FKM). Sejak berdiri pada tahun lalu anggotanya sudah mencapai 600 orang di seluruh Indonesia.


Forum ini berkumpul sebulan sekali. Biasanya di Museum Transportasi di Taman Mini atau Stasiun Jatinegara, bahkan sampai ke Ambawara (Jawa Tengah). Inilah tempat-tempat yang penting dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.


Untuk menjadi seorang kolektor kereta api memang membutuhkan duit yang tak sedikit, karena harga satu set kereta api mainan itu terbilang mahal. Menurut Joedy, untuk pemula, minimal harus mempersiapkan Rp 1,4 juta sampai Rp 2 juta di saku. Itu cukup membeli satu set lokomotif, gerbong, rel, remote control, dan trafo.


Tapi itu belum termasuk pernak-pernik tambahan. Tak heran, hobi ini masih termasuk hobinya kaum menengah ke atas. "Harganya memang agak mahal karena mayoritas materialnya masih impor, di Indonesia belum ada yang membuat. Kalau mau niat betul, uang dua karung juga tidak akan cukup," katanya.


Yang penting, kata Joedy, harus rasional dan jujur dalam menekuni hobi supaya tak bikin keluarga cemberut. Soalnya, tak jarang ada pehobi yang memilih membohongi istrinya. Lokomotif seharga Rp 2 juta dibilang seharga Rp 200 ribu. "Kalau saya punya prinsip tidak mau dibodohi sama mainan," katanya.


Selaku kolektor, Joedy masih memiliki impian yang belum terwujud. Dia mengincar satu set model Acela Express, sebuah kereta api penumpang yang digunakan di Amerika Serikat. Lokomotifnya saja bernilai Rp 5 juta, belum termasuk rangkaiannya.


(DES/DES)