Warga Sumsel Resah Banyak Pencurian Minyak Pertamina

Jakarta - Masyarakat desa Simpang Bayat, Kabupaten Musi Banyuasin merasa resah dan terancam akibat aksi pencurian minyak mentah milik Pertamina pada pipa Tembino-Plaju Sumatera Selatan.

Seperti diungkapkan Kamari, Kepala Desa Simpang Bayat di rumahnya, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (3/8/2013)


Ia menuturkan, para pencuri dengan jumlah banyak tersebut mayoritas adalah masyarakat pendatang. Dampak buruk yang dialami masyarakat asli adalah seperti kebakaran. Pipa yang telah dibocorkan sangat sensitif dengan api.


Contohnya menurut Kamari terlihat cukup jelas pada tahun 2012. Di mana terjadi ledakan besar dan menghilangkan nyawa 40 manusia.


"Tahun lalu kebakaran karena sumur panjang ini. Bocor, dibakar orang 40 orang meninggal. Warga kami saja 5 yang meninggal. Belum warga yang dekat-dekat. Pipa bocor minyak dibakar orang. Kan sangat ganas," ujarnya.


Dampak selanjutnya adalah kerusakan lingkungan. Berdasarkan pantauan detikfinance yang mengunjungi lokasi pencurian sampai dengan tempat penyulingan minyak, tampak lingkungan yang sudah tidak layak.


Minyak mentah yang berwarna hitam mematikan puluhan tanaman di sekitar lokasi. Udara pun tercemar dengan bau-bau busuk akibat asap saat penyulingan mintak terjadi. Kemudian sungai tercemar, hingga yang awalnya jernih menjadi berwarna kuning pekat hingga hitam.


Selain itu juga dampak psikologis. Kamari mengaku warganya sering mendapat ancaman. Apalagi mengingat pelaku pencurian yang menggunakan senjata api dan senjata tajam berbahaya lainnya. Bahkan aparat kemanan pun tidak berani melawan.


"Orang pake senjata. Diancam saya. Polisi dua jaga, dimakan sama mereka. Angkat tangan, mau duit apa mau mati. Ya polisi milih duit. Urusan kamu minyak," pungkasnya.


(ang/ang)