Jika Landasan Bandara Soekarno Hatta Ditutup, Ekonomi RI Bisa Terganggu

Jakarta - PT Angkasa Pura (AP) II selaku pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, tengah merevitalisasi landasan pacu atau runway dengan meningkatkan ketebalan.

Langkah peningkatan level kekerasan ini telah dilakukan sejak 2 tahun lalu. Peningkatan kekerasan landasan pacu di bandara tidak bisa dilakukan secara langsung atau dengan cara menutup total.


Direktur utama AP II Tri Sunoko menjelaskan, jika revitalisasi dilakukan dengan cara menutup landasan pacu maka bisa berdampak terganggunya perekonomian nasional. Pasalnya, selain menjadi penghubung vital, Bandara Soetta merupakan bandara tersibuk dan terpadat saat ini di Indonesia.


"Beberapa penerbangan saya harus tutup. Saat saya berhentikan itu bisa mengguncang perekonomian nasional. Kalau saya tutup itu lebih parah lagi," ucap Tri kepada detikFinance, Sabtu (3/8/2013).


Agar peningkatan kekerasan landasan pacu tidak menggangu jadwal penerbangan yang padat, Tri mengaku pihak kotraktor melakukan pekerjaannya di saat jadwal penerbangan tidak terlalu ramai. Namun hal ini yang membuat proses revitalisasi landasan pacu membutuhkan waktu cukup lama.


"Kita melakukan penyehatan, kita butuh 6 bulan sampai 1 tahun, kalau kita tutup landasan nggak mungkin. bandara Soetta semua tahu sudah over capacity. Harus saya perbaiki secara bertahap saat window time yang kosong dimana pesawat yang landing lagi rendah," jelasnya.


Peningkatan kekerasan landasan pacu dilakukan agar pesawat berbadan lebar seperti Aibus 380 atau Boeing 777-300ER bisa mendarat dalam kodisi bahan bakar dan load factor atau tingkat terisian untuk cargo dan penumpang terisi 100%.


(feb/ang)