Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, gas Tangguh di Papua yag dikelola British Petroleum (BP) memang sejak 2002 diekspor 100% ke Fujian, Tiongkok dan Amerika Serikat. Pada 2002 lalu, harga gas ini adalah 5,25% dari harga Japan Crude Cocktail (harga acuan minyak Jepang), yang saat itu hanya US$ 26 per barel. Sehingga harga jual gas Tangguh adalah US$ 2,7 per mmbtu.
Harga ini pernah diubah saat JCC mencapai US$ 38 per barel, sehingga harga gas Tangguh adalah US$ 3,3 per mmbtu. Namun sekarang JCC sudah lebih dari US$ 100 per barel, harga jual gas Tangguh tidak bisa diubah lagi.
"Presiden SBY pernah bertemu dengan Presiden Tiongkok yang dulu, kita juga mencoba menghilangkan patokan harga JCC-nya itu, kemarin akhirnya logikanya sudah tidak cocok harga JCC sekarang 100 dolar per barel, masa masih tetap dipakai US$ 38 per barel, ini tidak adil," ujar Jero usai rapat dengan Presiden SBY di kantor Presiden, Jakarta, Senin (30/6/2014).
Jero mengatakan, pekan lalu, Fujian setuju harga JCC dilepas, artinya harga JCC yang menjadi patokan adalah harga JCC sekarang. Jadi, bila harga JCC sekarang US$ 100 per barel, maka harga jual gas Tangguh bisa mencapai US$ 8 per mmbtu.
"Kalau JCC-nya US$ 110, maka bisa jadi US$ 8,65 per mmbtu. Kesepakatannya naik terus tahun 2015 jadi US$ 10 per mmbtu, 2016 US$ 12 dolar, 2017 US$ 13,3. Kontrak kita sampai tahun 2034. Rata-rata nanti angkanya jadi US$ 12 dolar kenaikan 4 kali lipat dibanding harga tahun lalu," kata Jero.
Keuntungannya, bila memakai harga lama, maka negara akan mendapat penerimaan US$ 5,2 miliar hingga 2034. Sementara dengan harga baru, pemerintah bisa mendapatkan US$ 20 miliar hingga 2034.
"Jadi per tahun kita mendapat Rp 12,5 triliun dari Fujian, dari harga lama Rp 3,1 triliun. Jadi tambahnya Rp 9 triliun," ungkap Jero.
"Tadi Bapak Presiden mengucapkan terima kasih kepada negosiasi kami. Kita sama-sama bekerja untuk meyakinkan pihak Tiongkok yang logis yang cocok dengan pihak ke depan. Sehingga tidak ada komentar harga jual gas ke Tiongkok murah. Inilah keberhasilan kita. Mudah-mudahan pemerintahan ke depan mendapat tambahan dari Tiongkok," kata Jero.
(dnl/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!