Debat Capres Terakhir Tak Jadi Tolak Ukur, Pelaku Pasar Tunggu Hasil Hitung Cepat

Jakarta -Pelaku pasar masih wait and see, meski hari pencoblosan masih akan berlangsung beberapa hari ke depan, hasil quick count atau hitung cepat juga sudah dinanti pelaku pasar. Pada debat terakhir (ke-5) calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres dan Cawapres) kedua kubu saling 'serang', masing-masing kandidat ingin berusaha menampilkan yang terbaik dalam penampilan terakhirnya tapi tak menjadi tolak ukur bagi pelaku pasar.

Analis Pasar Keuangan Suluh Adil Wicaksono berpendapat, debat terakhir capres dan cawapres semalam dinilainya lebih seru. Kedua kandidat saling menyudutkan satu sama lain melalui sesi tanya jawab.


"Debat terakhir memang lebih seru dikarenakan pertanyaan antar kandidat mulai menyudutkan. Tetapi hal ini bukan tolak ukur keunggulan satu sama lain. Kesalahan kecil terkait pertanyaan mengenai kalpataru menjadi makanan empuk untuk meluruskan pertanyaan. Begitu juga terkait kasus sapi di mana pelakunya merupakan kader salah satu penyokong menjadi hal negatif," kata Suluh kepada detikFinance, Minggu (6/7/2014).


Meski demikian, kata Suluh, debat semalam merupakan penutup yang apik. Tidak ada yang menang atau pun kalah. Rakyat akan menentukan pilihan dalam 3 hal, mengidolakan kandidat capres dan cawapres, mengikuti lingkungan sekitar atau keluarga, dan memilih karena janji-janji kandidat saat kampanye.


"Saya lebih mencermati kebijakan-kebijakan yang akan timbul setelah salah satu kandidat terpilih. Saat ini pasar menunggu hingga quick count berjalan," ujarnya.


Meski begitu, Suluh menyebutkan, pasangan Jokowi-JK dinilainya bisa lebih diterima pasar melihat latar belakang keduanya yang sama-sama sebagai pengusaha dan pernah ada di dalam pemerintahan.


"Pasar keungan saat ini masih wait and see. Saya melihatnya dari sisi pengaruh terhadap pasar saja. Kedua kandidat saat ini terlihat berimbang. Susah membedakan mana yang diterima pasar. Saya pribadi melihat pasangan nomor 2 sedikit lebih diterima pasar. Pasangan nomor 1 lebih fokus terkait isu-isu korupsi dan ekonomi umum," pungkasnya.


(drk/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!