Ketatnya Prabowo-Jokowi dan Grafik Lesunya Pasar Saham

Jakarta -Menarik untuk mencermati kaitan antara elektabilitas calon presiden-wakil presiden dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seakan ada pola yang linear, elektabilitas dari hasil survei sejumlah lembaga mempengaruhi persepsi pelaku pasar modal.

Harus diakui kebanyakan pelaku pasar modal lebih nyaman dengan figur calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo alias Jokowi. Ini sangat terlihat kala PDI-P mengumumkan pencalonan Jokowi sebagai capres, IHSG menguat sampai 3% mencapai 4.878,64 poin.


Setelah pemilihan legislatif, peta kekuatan jelang pemilihan presiden (pilpres) sudah jelas. Jokowi menggandeng Jusuf Kalla. Prabowo Subianto pun akhirnya maju sebagai kontestan dengan didampingi Hatta Rajasa sebagai cawapres.


Jokowi yang awalnya diperkirakan bakal melenggang mulus ke kursi RI-1 pun mulai goyang. Berdasarkan hasil survey berbagai lembaga, elektabilitas Prabowo-Hatta terus meningkat. Selisih di antara keduanya terus menipis.


Pada 4 Mei 2014 lalu, peneliti senior SMRC Sirajudin Abas menyatakan, elektabilitas Jokowi mengalami fluktuasi cukup signifikan. Pada Desember 2013, elektabilitas Jokowi masih sebesar 51%. Namun pada Februari 2014 turun di angka 39%. Pada Maret 2014 kembali naik menjadi 52%, dan terakhir pasca pileg 9 April elektabilitas Jokowi diperkirakan 47%.


Sementara Prabowo mengalami kenaikan yang relatif stabil. Dari 22% pada Desember 2013 menjadi 32% pada April 2014 pasca pileg.


"Jokowi fluktuasinya besar sekali. Ini memberi ruang gerak bagi penantang terdekatnya untuk menutup gap. Tapi kemungkinan Jokowi menang masih besar meski untuk satu putaran masih rumit. Karena penurunan Jokowi konsisten, sementara kenaikan Prabowo juga konsisten. Bukan tidak mungkin nanti akan ada terjadi pertemuan titik antara mereka berdua," papar Sirajudin.Next


(hds/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!