Presiden Baru Jangan Lagi Biarkan RI Ekspor Gas

Jakarta -Lebih dari 40% produksi gas bumi Indonesia diekspor ke luar negeri mulai dari Singapura, Jepang, Korea Selatan, hingga Tiongkok. Salah satu penyebabnya tidak ada infrastruktur gas, sehingga gas tidak terserap dalam negeri.

Badan Pengatur Hili Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tidak ingin hal tersebut terjadi kembali, khususnya setelah Indonesia memiliki presiden yang baru.


"Presiden yang baru harus dorong pembangunan infrastruktur gas, karena ini penting, pertama kita punya banyak gas, harganya murah tapi kita justru masih pakai BBM (bahan bakar minyak) impor BBM nambah terus subsidi membengkak, kita punya gas banyak tapi banyak diekspor karena infrastrukturnya nggak ada salah satunya tidak ada pipa gas," ucap Wakil Ketua Komite BPH Migas Fanshurullah Asa kepada detikFinance, Sabtu (5/7/2014).


Fanshurullah mencontohkan, banyak proyek pipa gas yang molor pembangunannya, sehingga tidak jadi-jadi, seperti proyek pipa gas Kalimantan Jawa. Proyek BP Tangguh train 1 dan II yang pada 2002 terpaksa diekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat karena tidak adanya infrastruktur gas pada saat itu.


"Makanya butuh presiden yang berani dan tegas, kalau proyek tidak selesai cabut izinnya ganti dengan perusahaan lain," katanya.


Saat ini ada 7 proyek gas bumi yang masih dalam progres, yakni proyek pipa Arun-Belawan yang ditangani PT Pertagas, proyek pipa Tegal Gede-Muara Tawar-Muara Karang digarap PT Pertagas, Gresik-Semarang PT Pertagas, proyek Porong-PLTG Grati Jawa TImur digarap PT Pertagas, Cirebon-Semarang digarap PT Rekayasa Industri, Duri-Dumai digarap PT PGN (Persero), Kepodang-Tambak Lorok digarap PT Kalimantan Jawa Gas.


"Jika proyek-proyek ini cepat selesai, tentunya pemanfaatan gas bumi akan makin banyak, daerah yang dilalui jalur pipa juga bisa dijadikan gas kota, di mana perumahan warganya bisa menggunakan gas, industri tercukupi kebutuhan gasnya, ada SPBG sehingga mudah dapat suplai gas, dan banyak lagi," ungkapnya.


"Harapan saya juga ada pipa gas yang terbangun dari proyek gas Natuna ke kalimantan, Donggi Senoro ke Sulawesi, sehingga produksi gas terserap semua untuk kebutuhan dalam negeri, sayang kalau diekspor karena gas energi yang murah dan bersih," tutupnya.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!