Pertamina Ingin Membangun Pusat Penjualan Gas Bumi di Jawa Timur

Jakarta -PT Pertamina berkeinginan membangun pusat penjualan gas bumi di sekitar wilayah utara di Jawa Timur. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan gas baik bagi industri, pembangkit listrik, rumah tangga, hingga transportasi.

"Kita bermimpi bisa membangun pusat regasifikasi yang bukan hanya FSRU (Floating Storage and Regasification Unit) tapi land base. Dengan land base, semua added value LNG bisa dinikmati, liquid-nya bisa diangkut. Jadi tidak hanya untuk pembangkit listrik tapi juga transportasi, lebih fleksibel untuk rumah tangga, industri makanan, dan industri lainnya," papar Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto, kepada detikFinance, Kamis (26/6/2014).


Hari mengatakan, pembangunan land base ini diproyeksikan akan berada di Jawa Timur, dengan mempertimbangkan kebutuhan yang sangat tinggi. Land base ini juga dapat memasok gas hingga ke Jawa Tengah, Bali, hingga NTB dan NTT.


"Saat ini Jawa Timur memang surplus gas bumi. Namun dalam beberapa tahun ke depan seiring meningkatnya kebutuhan gas bumi di sana, Jawa Timur diperkirakan akan defisit gas. Saat ini Bali dan Nusa Tenggara juga defisit gas," tuturnya.


Hari menambahkan, terkait rencana land base di Jawa Timur tersebut, Pertamina akan meninjau kembali penempatan kapal FSRU di Jawa Tengah dan akan digeser ke Jawa Timur sebagai bagian dari land base yang akan dibangun di sana.


"Pertimbangannya, karena kita ada proyek pipa gas dari Semarang (Jawa Tengah) ke Gresik (Jawa Timur). Jadi gas dari Gresik bisa dikirim melalui jalur pipa ini ke Semarang untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Tengah," jelasnya.


Pertamina, kata Hari, menyiapkan dana US$ 1 miliar per tahun untuk membangun infrastruktur gas termasuk land base dan FSRU serta jaringan pipa hingga 5 tahun ke depan.


"Dana investasi total di Direktorat Gas mencapai US$ 1 miliar per tahun. Jadi dalam 5 tahun ke depan kita investasikan US$ 5 miliar untuk pembangunan infrastruktur gas," ungkapnya.


Kemudian, Hari menyebutkan Pertamina melihat peluang untuk mengimpor gas dari Amerika Serikat yang akan dimulai pada 2018.


"Persoalannya dalam 5 tahun ke depan dengan masifnya pembangunan infrastruktur gas, diperkirakan neraca gas kita akan defisit sehingga perlu dilakukan impor. Namun jika kebutuhan dalam negerinya masih cukup, kita bisa mengalihkan gas impor tersebut untuk dijual ke negara lain," sebutnya.


(rrd/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!